MAKALAH
ILMU DASAR KEPERAWATAN III
“ ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERSARAFAN”
ILMU DASAR KEPERAWATAN III
“ ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERSARAFAN”
Disusun Oleh :
Kelompok
9
Chandra Dwi
Pratama C1AA15012
Meilza Nabila C1AA15048
Resy Setiadi Putri C1AA15070
Windri Setia Rahayu C1AA15096
Meilza Nabila C1AA15048
Resy Setiadi Putri C1AA15070
Windri Setia Rahayu C1AA15096
PRODI
S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
2016
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat
Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Anatomi
dan Fisiologi Sistem Persarafan”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada nabi besar alam kita yaitu, Nabi
Muhammad SAW. Adapun tujuan makalah ini disusun untuk melengkapi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Dasar
Keperawatan III.
Kami menyadari bahwasanya dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
baik dari segi penyusunan, bahasan,
ataupun penulisannya. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen mata kuliah guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik lagi di masa yang akan datang. Aamiin.
Penyusun,
Sukabumi,
Mei
2016
DAFTAR ISI
Kata Pengatar ................................................................................................ i
Daftar Isi ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2
Daftar Isi ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3
2.1. Anatomi Sistem Persarafan Pada Manusia ............................................. 3
2.2. Struktur dan Fungsi Jaringan Neuron ..................................................... 4
2.3. Susunan Sistem Saraf dan Klasifikasi Neuron ...................................... 6
2.4. Struktur dan Fungsi Medulla Spinalis serta Saraf Spinalis .................... 10
2.5. Lokasi Area Sensorik dan Hubungannya dengan Korteks Serebri......... 12
2.6. Reseptor – Reseptor Sensorik ................................................................. 13
2.7. Sensasi Somatik ...................................................................................... 15
2.8. Mata ....................................................................................................... 18
2.9. Lokasi Area Motorik dan Berhubungan dengan Korteks serebri ........... 26
2.10. Fungsi Motorik Medulla Spinalis ............................................................ 27
2.11. Anatomi dan Fisiologi Serebelum dan Ganglia Basalis .......................... 27
2.12. Anatomi dan Fisiologi Korteks Serebri .................................................. 32
2.13. Aktivitas Otak ........................................................................................ 36
2.14. Sistem Saraf Otonom .............................................................................. 37
2.15. Fisiologi Aliran Darah, Cairan Seebrospinal, dan Metabolisme otak..... 39
2.1. Anatomi Sistem Persarafan Pada Manusia ............................................. 3
2.2. Struktur dan Fungsi Jaringan Neuron ..................................................... 4
2.3. Susunan Sistem Saraf dan Klasifikasi Neuron ...................................... 6
2.4. Struktur dan Fungsi Medulla Spinalis serta Saraf Spinalis .................... 10
2.5. Lokasi Area Sensorik dan Hubungannya dengan Korteks Serebri......... 12
2.6. Reseptor – Reseptor Sensorik ................................................................. 13
2.7. Sensasi Somatik ...................................................................................... 15
2.8. Mata ....................................................................................................... 18
2.9. Lokasi Area Motorik dan Berhubungan dengan Korteks serebri ........... 26
2.10. Fungsi Motorik Medulla Spinalis ............................................................ 27
2.11. Anatomi dan Fisiologi Serebelum dan Ganglia Basalis .......................... 27
2.12. Anatomi dan Fisiologi Korteks Serebri .................................................. 32
2.13. Aktivitas Otak ........................................................................................ 36
2.14. Sistem Saraf Otonom .............................................................................. 37
2.15. Fisiologi Aliran Darah, Cairan Seebrospinal, dan Metabolisme otak..... 39
BAB III PENUTUP........................................................................................ 43
3.1. Kesimpulan................................................................................................ 43
3.2. Saran .........................................................................................................45
3.1. Kesimpulan................................................................................................ 43
3.2. Saran .........................................................................................................45
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sistem saraf adalah serangkaian
organ yang kompleks dan bersambungan serta terdiri terutama dari jaringan
saraf. Dalam mekanisme sistem saraf, lingkungan internal dan stimulus eksternal
dipantau dan diatur. Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan, dan mengontrol
interaksi antara individu dan lingkungan sekitarnya. Sistem tubuh yang penting
ini juga mengatur kebanyakan aktivitas sistem-sistem tubuh lainnya. Karena pengaturan
saraf tersebut maka terjalin komunikasi antara berbagai sistem tubuh hingga
menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang harmonis. Dalam sistem inilah
berasal segala fenomena kesadaran, pikiran, ingatan, bahasa, sensasi dan
gerakan.
Sistem saraf juga berperan dalam
iritabilitas atau kemampuan untuk menanggapi rangsangan. Kemampuan khusus
seperti iritabilitas, atau sensitivitas terhadap stimulus, dan konduktivitas,
atau kemampuan untuk mentransmisi suatu proses terhadap stimulasi, diatur oleh sistem
saraf dalam tiga cara utama. yaitu, input sensorik, aktivitas integratif dan outpur motorik .
Susunan saraf dibagi atas dua bagian
penting yaitu susunan saraf pusat atau sistem serebrospinal dan susunan saraf
otonom yang mencakup susunan saraf simpatik dan susunan saraf parasimpatik.
Susunan saraf pusat terdiri atas otak, sumsum tulang belakang dan urat-urat
saraf atau sarf cabang yang tumbuh dari otak dan sumsum tulang belakang yang disebut
urat saraf perifer (urat saraf tepi).
Tubuh manusia terdiri atas berbagai
organ tubuh yang memiliki fungsi-fungsi tertentu yang berbeda. Pengaturan atau
koordinasi sangat penting untuk mengatur organ-organ tubuh tersbut agar dapat
bekerja sama dengan baik, sehingga dalam makalah ini akan dibahas tentang
anatomi dan fisiologi sistem persarafan.
1.2. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana Anatomi
Sistem Persarafan pada manusia?
2.
Bagaimana Struktur dan
Fungsi Jaringan Neuron?
3.
Bagaimana Susunan Sistem Saraf dan Klasifikasi Neuron?
4.
Bagaimana Struktur dan
Fungsi Medulla Spinalis serta Saraf Spinalis?
5.
Bagimana Lokasi Area
Sensorik dan Hubungannya dengan Korteks Serebri?
6.
Apa saja Reseptor –
Reseptor Sensorik?
7.
Apa yang dimaksud
dengan Sensasi Somatik ( pengaturan umum, sensasi nyeri, nyeri kepala dan
suhu)?
8.
Apa yang dimaksud
dengan Mata serta Sifat Optik Mata
dan bagaimana Fisiologi Penglihatan?
9.
Bagaimana Lokasi Area
Motorik dan Berhubungan dengan Korteks serebri?
10.
Apa Fungsi Motorik
Medulla Spinalis?
11.
Bagaimana anatomi dan
fisiologi Serebelum dan Ganglia Basalis?
12.
Bagaimana anatomi dan
fisiologi Korteks Serebri?
13.
Bagaimana Aktivitas
Otak ?
14.
Apa yang dimaksud
dengan Sistem Saraf Otonom dan bagaimana struktur dan fungsi Saraf Simpatis?
15.
Bagaimana
Fisiologi Aliran Darah Otak, Cairan Serebrospinal, dan Metabolisme pada otak?
1.3. Tujuan Penulisan
Makalah ini ditulis untuk berbagi
wawasan serta pengetahuan mengenai bagaimana Anatomi dan Fisiologi Sistem
Persarafan pada Manusia, Susunan Sistem
sarafnya serta struktur dan fungsi dari bagian bagian sistem persarafan, dan
bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu dasar Keperawatan III ( Anatomi
dan Fisiologi)
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1. Anatomi Sistem
Saraf
Sistem saraf adalah serangkaian
organ yang kompleks dan bersambungan serta terdiri terutama dari jaringan
saraf. Dalam mekanisme sistem saraf, lingkungan internal dan stimulus eksternal
dipantau dan diatur. Kemampuan khusus seperti iritabilitas, atau sensitivitas
terhadap stimulus, dan konduktivitas, atau kemampuan untuk mentransmisi suatu
respons terhadap stimulasi, diatur oleh sistem saraf dalam tiga cara utama :
1.
Input
Sensorik: Sistem saraf menerima sensasi atau stimulus
melalui reseptor, yang terletak di tubuh baik eksternal (reseptor somatic)
maupun internal (reseptor viseral).
2.
Antivitas
Integratif: Reseptor mengubah stimulus menjadi
impuls listrik yang menjalar di sepanjang saraf sampai ke otak dan medulla
spinalis, yang kemudian akan menginterpretasi dan mengintegrasi stimulus,
sehingga respon terhadap informasi bisa terjadi.
3.
Output
Motorik: Input dari otak dan medulla spinalis
memperoleh respon yang sesuai dari otot dan kelenjar tubuh , yang disebut
sebagai efektor.
Pembagian sistem saraf secara anatomis atau secara struktural dibedakan
atas 2 divisi anatomi yaitu :
1.
Sistem
Saraf Pusat ( sentral ) terdiri dari otak dan
medulla spinalis
( sumsum tulang belakang) yang dilindungi tulang kranium dan kanal
vertebral.
2.
Sistem
Saraf Perifer meliputi seluruh jaringan saraf lain
dalam tubuh. Sistem ini terdiri dari saraf cranial dan saraf spinal. Yang menghubungkan otak dan medulla spinalis
dengan reseptor dan efektor. Secara fungsional sistem saraf perifer terbagi
menjadi sistem aferen dan sistem eferen.
a.
Saraf
Aferen (sensorik) mentransmisi informasi dari
reseptor sensorik ke Sistem Saraf Pusat
b.
Saraf
Eferen (motorik) mentransmisi informasi dari SSP ke
otot dan kelenjar. Sistem eferen dari sistem saraf perifer memiliki dua subdivisi
:
a)
Divisi
somatic (volunter) berkaitan dengan perubahan
lingkungan eksternal dan pembentukan respons motorik volunter pada otot rangka.
b)
Divisi
otonom (involunter) mengendalikan seluruh respon
involunter pada otot polos, otot jantung dan kelenjar dengan cara mentransmisi
impuls saraf melalui dua jalur .
· Saraf Simpatis
berasal dari area toraks dan lumbal pada medulla spinalis
· Saraf parasimpatis
berasal dari area otak dan sacral pada medulla spinalis.
· Sebagian
besar organ internal di bawah kendali otonom memiliki inervasi simpatis dan
parasimpatis.
2.2.
Struktur dan Fungsi Jaringan Neuron
Neuron
atau sel saraf adalah unik struktural dan fungsional dari sistem saraf. Neuron
mempunyai kemampuan dalam konduktivitas (penghantar) dan kemampuan
eksistabilitas (dapat dirangsang), serta kemampuan merespon ransangan dengan
sangat baik. Neuron terdiri atas beberapa bagian-bagian yang setiap jenisnya
berbeda antara satu dengan yang lain. Di otak terdapat sekitar 100 milliar
neuron dan sel glial. Neuron berkomunikasi melalui persimpangan neuron
yang disebut sinapsis.
Bagian - bagian
Sel Saraf (Neuron) adalah sebagai berikut:
1. Badan Sel atau Perikarion, yaitu suatu neuron yang mengendalikan metabolisme keseluruhan neuron
serta berfungsi untuk
menerima impuls (ransangan) dari dendrit dan meneruskan ke Akson (neurit). Bagian
ini tersusun dari komponen berikut :
a.
Satu
nucleus tunggal, nucleolus yang menanjol dan
organel lain seperti kompleks golgi dan mitokondria, tetapi nucleus ini tidak
memiliki sentriol dan tidak dapat bereplikasi.
b.
Badan
nissl, terdiri dari reticulum endoplasma kasar
dan ribosom-ribosom bebas serta berperan dalam sintesis protein.
c.
Neurofibril,
yaitu neurofilamen dan neurotubulus yang dapat
dilihat melalui mikroskop cahaya jika diberi pewarnaan dengan perak.
2.
Dendrit,
adalah perpanjangan sitoplasma yang biasanya berganda dan pendek, serta
berfungsi dendrit berfungsi untuk menghantar impuls ke sel tubuh. Permukaan
dendrit penuh dengan Spina dendrit yang dikhususkan untuk berhubungan dengan
neuron lain.
3.
Akson,
adalah suatu prosesus tunggal, yang lebih tipis dan lebih panjang dari dendrit.
Bagian ini menghantar impuls menjauhi badan sel ke neuron lain, ke sel lain
(sel otot atau kelenjar) atau ke badan sel neuron yang menjadi asal akson.
Akson memiliki bagian-bagian spesifik. Bagian-bagian akson adalah sebagai
berikut:
a.
Neurofibril : Neurofibril
adalah bagian terdalam dari akson, berupa serabut-serabut halus. Bagian-bagian
pada akson inilah yang mempunya tugas pokok atau funsi yaitu untuk meneruskan
impuls
b.
Selubung Mielin : Selubung
mielin merupakan bagian yang tersusun atas sel-sel pipih yang juga disebut
dengan sel Schwann. Selubung Mielin adalah bagian paling luar dari akson. Fungsi Selubung Mielin adalah untuk
melindungi akson. Selain dari itu, selubung mielin memberikan nutrisi dan
bahan-bahan yang diperlukan untuk mempertahankan kegiatan dari akson
c.
Nodus Ranvier : Nodus
ranvier adalah bagian akson yang menyempit dan tidak dilapisi oleh selubung
mielin. Bagian dari akson ini tersusun dari sel-sel pipih. Dengan adanya
bagian-bagian ini, nodus ranvier terlihat seperti berbuku-buku. Fungsi nodus
ranvier adalah sebagai loncatan untuk mempercepat impuls
saraf ke otak atau sebaliknya.
4.
Sel
Schwann : Sel Schwann merupakan sel yang menjadi
pembungkus selubung mielin. Sel Schwann memiliki fungsi untuk menghasilkan
lemak berkali-kali hingga terbentuklah selubung mielin. Fungsi dari sel schwann
sendiri adalah untuk mempercepat pergerakan rangsangan, membantu dalam
menyediakan persediaan makanan untuk akson dan juga membantu neurit dalam
melakukan regenerasi.
2.3. Susunan Sistem Saraf dan Klasifikasi Neuron
·
Susunan
Sistem Saraf
Susunan sistem saraf manusia
tersusun dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat
terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Sedangkan sistem saraf tepi
terdiri atas sistem saraf somatis dan sistem saraf otonom.
1.
SSP
(Sistem Saraf Pusat)
a.
Otak
Otak merupakan alat tubuh yang
sangat penting dan sebagai pusat pengatur dari segala kegiatan manusia. Otak
terletak di dalam rongga tengkorak, beratnya lebih kurang 1/50 dari berat
badan. Bagian utama otak adalah otak besar (Cerebrum), otak kecil (Cerebellum),
dan batang otak. Otak dibagi menjadi beberapa bagian, di antaranya adalah
cerebrum, mesenchepalon, dienchephalaon, thalamus, lobus frontalis, lobus
temporalis, lobus parientalis, lobus oksipitalis, pons varoli, hipotalamus, ganglia basalis.
Otak dilapisi oleh selaput otak yang
disebut selaput meninges. Selaput meninges terdiri dari 3 lapisan, yaitu
lapisan durameter, lapusan araknoid, dan lapisan piameter.
1.
Lapisan
durameter yaitu lapisan yang terdapat di paling
luar dari otak dan bersifat tidak kenyal. Lapisan ini melekat langsung dengan
tulang tengkorak. Berfungsi untuk melindungi jaringan-jaringan yang halus dari
otak dan medula spinalis.
2.
Lapisan
araknoid yaitu lapisan yang berada dibagian
tengah dan terdiri dari lapisan yang berbentuk jaring laba-laba. Ruangan dalam
lapisan ini disebut dengan ruang subaraknoid dan memiliki cairan yang disebut
cairan serebrospinal. Lapisan ini berfungsi untuk melindungi otak dan medulla
spinalis dari guncangan.
3.
Lapisan
piameter yaitu lapisan yang terdapat paling
dalam dari otak dan melekat langsung pada otak. Lapisan ini banyak memiliki
pembuluh darah. Berfungsi untuk melindungi otak secara langsung.
2. SST (Sistem
Saraf Tepi/Perifer)
Sistem saraf tepi merupakan sistem
saraf yang menghubungkan semua bagian tubuh dengan sistem saraf
pusat. Ada 2 sistem saraf tepi yaitu:
a. Sistem saraf
sadar/somatic
Sistem saraf sadar/somatik merupakan
sistem saraf yang kerjanya berlangsung secara sadar/diperintah oleh otak.
Bedakan menjadi dua yaitu:
1.
Sistem
saraf pada otak, merupakan sistem saraf yang
berpusat pada otak dan dibedakan menjadi 12 pasang saraf,
2.
Sistem
saraf sumsum spinalis, merupakan sistem saraf
yang berpusat pada medula spinali (sumsum tulang belakang) yang berjumlah 31
pasang saraf yang terbagi sepanjang medula spinalis. 31 pasang saraf medula
spinalis.
b. Sistem Saraf Tak Sadar
Sistem saraf otonom, mengatur kerja
jaringan dan organ tubuh yang tidak disadari atau yang tidak dipengaruhi oleh
kehendak kita. Jaringan dan organ tubuh diatur oleh sistem saraf otonom adalah
pembuluh darah dan jantung. Sistem saraf otonom terdiri atas sistem saraf
simpatik dan sistem saraf parasimpatik.
1. Sistem saraf simpatik,
Disebut juga sistem saraf torakolumbar, karena saraf preganglion keluar dari
tulang belakang toraks ke-1 sampai dengan ke-12. Sistem saraf ini berupa 25
pasang ganglion atau simpul saraf yang terdapat di sumsum tulang belakang.
Fungsi dari sistem saraf simpatik adalah untuk mempercepat denyut jantung,
memperlebar pembuluh darah, memperlebar bronkus, mempertinggi tekanan darah,
memperlambat gerak peristaltis, memperlebar pupil, menghambat sekresi empedu,
menurunkan sekresi ludah, dan meningkatkan sekresi adrenalin.
2. Sistem saraf
parasimpatik, disebut juga dengan sistem saraf
kraniosakral, karena saraf preganglion keluar dari daerah otak dan daerah
sakral. Susunan saraf parasimpatik berupa jarring-jaring yang
berhubung-hubungan dengan ganglion yang tersebar di seluruh tubuh. Urat
sarafnya menuju ke organ tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf simpatik.
Sistem saraf parasimpatik memiliki fungsi yang berkebalikan dengan fungsi
sistem saraf simpatik. Misalnya pada sistem saraf simpatik berfungsi
mempercepat denyut jantung, sedangkan pada sistem saraf parasimpatik akan
memperlambat denyut jantung(Suyitno, 2007: 34-40)
·
Klasifikasi
Neuron:
Neuron
diklasifikasi secara fungsional berdasarkan arah transmisi impulsnya yaitu:
1.
Neuron
Sensorik (aferen) menghantarkan impuls listrik dari
reseptor pada kulit, organ indera atau suatu organ internal ke sistem saraf
pusat.
2.
Neuron
Motorik menyampaikan impuls dari sistem saraf
pusat ke efektor.
3.
Interneuron
(neuron yang berhubungan) ditemukan seluruhnya dalam sistem saraf pusat. Neuron
ini menghubungkan neuron sensorik dan motorik atau menyampaikan informasi ke
interneuron lain.
Neuron diklasifikasi secara structural berdasarkan jumlah
prosesusnya yaitu :
1.
Neuron
Multipolar memiliki satu akson dan dua denderit
atau lebih. Sebagian besar neuron motorik, yang ditemukan dalam otak dan
medulla spinalis, masuk dalam golongan ini.
2.
Neuron
Bipolar memiliki satu akson dan satu dendrit.
Neuron ini ditemukan pada organ indera, seperti mata, telinga, dan hidung.
3.
Neuron
Unipolar kelihatannya memiliki sebuah prosesus
tunggal, tetapi neuron ini sebenarnya bipolar.
2.4. Struktur dan Fungsi
Medulla Spinalis serta Saraf Spinalis ( Spinal Cord)
Sumsum tulang belakang (medulla
spinalis) merupakan perpanjangan dari sistem saraf pusat. Seperti halnya dengan
sistem saraf pusat yang dilindungi oleh tengkorak kepala yang keras, sumsum tulang
belakang juga dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. Sumsum tulang belakang
memanjang dari pangkal leher, hingga ke selangkangan.
Bila
sumsum tulang belakang ini mengalami cidera ditempat tertentu, maka akan
mempengaruhi sistem saraf disekitarnya, bahkan bisa menyebabkan kelumpuhan di
area bagian bawah tubuh, seperti anggota gerak bawah (kaki).
·
Anatomi Sumsum Tulang Belakang
Secara
anatomis, sumsum tulang belakang merupakan kumpulan sistem saraf yang
dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. Sumsum tulang belakang atau biasa
disebut medulla spinalis ini, merupakan kumpulan sistem
saraf dari dan ke otak. Secara rinci, ruas-ruas tulang
belakang yang melindungi sumsum tulang belakang ini adalah sebagai berikut:
Sumsum
tulang belakang terdiri dari 31 pasang saraf spinalis yang berawal
dari korda melalui radiks dorsal (posterior) dan ventral (anterior). Pada
bagian distal radiks dorsal ganglion, dua radiks bergabung membentuk satu saraf
spinal. Semua saraf tersebut adalah saraf gabungan (motorik dan sensorik),
membawa informasi ke korda melalui neuron aferen dan meninggalkan korda melalui
neuron eferen. 31 pasang saraf spinalis terdiri dari :
1. Vertebra Servikalis ( ruas tulang leher ) yang
berjumlah 7 buah dan membentuk daerah tengkuk.
2. Vertebra Torakalis ( ruas tulang punggung ) yang berjumlah 12 buah dan
membentuk bagian belakang torax atau dada.
3. Vertebra Lumbalis ( ruas tulang pinggang ) yang berjumlah 5 buah dan
membentuk daerah lumbal atau pinggang.
4. Vertebra Sakralis ( ruas tulang kelangkang ) yang berjumlah 5 buah dan
membentuk os sakrum (tulang kelangkang).
5. Vertebra koksigeus ( ruas tulang tungging ) yang berjumlah 4 buah dan
membentuk tulang koksigeus (tulang tungging)
·
Fungsi Sumsum Tulang Belakang
Secara
fungsi, sumsum tulang belakang bekerja secara sadar dan tak sadar (saraf
otonom). Sumsum tulang belakang yang bekerja secara sadar di atur oleh otak
sedangkan sistem saraf tidak sadar (saraf otonom) mengontrol aktivitas yang
tidak diatur oleh kerja otak seperti denyut jantung, sistem pencernaan, sekresi
keringat, gerak peristaltic usus, dan lain-lain. Selain itu fungsi sumsum
tulang belakang adalah sebagai berikut:
1. Menghubungkan sistem saraf tepi ke
otak. Informasi melalui neuron sensori ditransmisikan dengan bantuan
interneuron (impuls saraf dari dan ke otak).
2. Memungkinan jalan terpendek dari
gerak refleks. Sehingga sumsum tulang belakang juga biasa disebut saraf
refleks.
3. Mengurusi persarafan tubuh, anggota
badan dan kepala
2.5. Lokasi Area Sensorik
dan Hubungannya dengan Korteks Serebri
Dalam area fungsional korteks serebri terdapat area
sensorik korteks yang terdiri dari:
1. Area Sensorik Primer,
terdapat dalam girus postsentral disini neuron menerima informasi sensorik umum
yang berkaitan dengan nyeri, tekanan, suhu, sentuhan, dan propriosepsi dari
tubuh.
2.
Area
Visual Primer, terletak dalam lobus oksifital dan
menerima informasi dari retina mata.
3.
Area
Auditori Primer, terletak pada tepi atas lobus
temporal , menerima implus saraf yang berkaitan dengan pendengaran.
4.
Area
Olfaktori Primer, terletak pada permukaan medial
lobus temporal, berkaitan dengan indera
penciuman.
5.
Area
Pengecap Primer (Gustatory), terletak dalam lobus
parletal dekat bagian inferior girus postsentral , terlibat dalam persepsi
rasa.
2.6.
Reseptor – Reseptor Sensorik
Input ke sistem saraf diberikan oleh reseptor
sensorik yang mendeteksi rangsangan sensorik seperti sentuhan, suara, cahaya,
dingin, dan hangat. Mekanisme dasar reseptor ini mengubah rangsangan sensorik
menjadi isyarat saraf sebagaimana rangsangan sensorik dan kekuatan dideteksi
oleh otak. Reseptor merupakan sel atau jaringan dengan kekhususan tinggi.
Dengan alat ini sistem saraf mendeteksi perubahan berbagai bentuk energi di
lingkungan dalam dan lingkungan luar. Reseptor ini dapat diklasifikasikan
berdasarkan sumber stimulus yang memperngaruhi ujung reseptor, jenis sensasi
yang terdeteksi reseptor, distribusi reseptor, atau ada tidaknya lapisan pada
ujung reseptor.
1. Sumber ( lokasi ) sensasi
a. Eksteroseptor: Sensitif terhadap stimulus eksternal, terhadap tubuh dan terletak pada
atau di dekat permukaan tubuh. Misalnya, sentuhan, tekanan, nyeri pada kulit
dan suhu, penciuman, penglihatan, serta pendengaran.
b. Proprioseptor: Terletak dalam tubuh dalam otot, tendon, dan persendian, juga mencakup
reseptor ekuilibrium pada area telinga dalam. Jika distimulasi, bagian tersebut
akan menyampaikan kesadaran akan posisi bagian tubuh, besarnya tonus otot, dan
ekuilibrium.
c. Interoseptor: Dipengaruhi oleh stimulus yang muncul dalam organ viseral dan pembuluh
darah yang memiliki inervasi motorik dari SSO. Contohnya adalah stimulus yang
tejadi akibat perubahan selama proses digesti, eksresi, dan sirkulasi.
2.
Jenis Reseptor Sensorik
a. Mekanoreseptor, reseptor mekanik dari berbagai kelompok reseptor sensorik yang
mendeteksi perubahan bentuk reseptor atau sel di dekat reseptor ( misalnya,
kulit, otot rangka, persendian, dan organ viseral ).
b. Termoreseptor, mendeteksi perubahan suhu. Beberapa reseptor mendeteksi suhu dingin dan
panas yang merupakan aliran saraf bebas dalam kulit dan sensitif akan berubahan
suhu dalam darah
c. Nosiseptor, mendeteksi
nyeri, biasanya disebabkan kerusakan fisik maupun kerusakan kimia , terdapat
hipotalamus otak.
d. Reseptor Elekromaknetik, mendeteksi perubahan cahaya pada retina mata. Perubahan cahaya akan
membuat perubahan gelombang spektrum elektromaknetik.
e. Kemoreseptor, mendeteksi pengecapan dalam mulut, bau dalam hidung, kadar oksigen dalam
darah arteri, osmolitas cairan tubuh , konsentrasi karbondioksida, dan faktor
bahan kimia tubuh.
3.
Distribusi Reseptor
a. Penginderaan Umum: Mengacu pada informasi dari tubuh sebagai satu kesatuan.
a. Penginderaan Khusus: Mengacu pada organ indera yang terletak dalam kepala.
4.
Ujung Reseptor Sensorik
Biasanya terbagi menjadi 2 yaitu :
a. Ujung Saraf Bebas: tidak memiliki lapisan selular dan terdapat dalam kulit, jaringat ikat,
dan pembuluh darah. Saraf ini merasakan nyeri, sentuhan ringan, dan suhu.
b. Ujung Saraf Berkapsul: terbungkus dalam bermacam jenis kapsul dan terletak di kulit, otot,
tendon, persendian, dan organ tubuh. Reseptor berikut ini berkapsul:
a) Korpuskel Pacinian, mendeteksi stimulus dan tekanan vibratori. Korpuskel ini banyak terdapat
pada jari tangan, genetalia ekternal, dan payudara.
b) Korpuskel Meissner dan Diskus Merkle, mendeteksi sentuhan.
c) Korpuskel Ruffini, responsif terhadap tegangan di sekitar jaringan ikat dan memantau
tekanan. Korpuskel ini ditemukan terutama pada permukaan palntar kaki.
d) Ujung Bulbus Krause, tipis berkapsul dan dipercaya berkontribusi terhadap tekanan sentuhan,
kesadaranakan posisi dan kesadaran akan gerakan.
e) Spindel Neuromuskular, memantau tonus otot (regangan dan
tegangan ) dalam otot dan organ tendon golgi memantau tegangan dalam tendon.
2.7. Sensasi Somatik ( pengaturan umum, sensasi nyeri, nyeri kepala dan suhu)
·
Sensasi
Somatik
Kemampuan seseorang untuk
mendiagonis berbagai penyakit bergantungan pada pengetahuan mengenai berbagai
sifat berbagai sifat rasa nyeri, dan bagaimana nyeri dapat di alihkan Dari
suatu bagian tubuh yang lain. nyeri adalah
suatu mekanisme protektif bagi tubuh yang timbul bila jaringan sedang rusak
yang menyebabkan individu bereaksi untuk menghilangkan rasa nyeri tersebut.
Sifat nyeri:
1.
Nyeri
tertusuk: Bila suatu jarum ditusukkan kedalam
kulit dirasakan daerah kulit mengalami iritasi kuat.
2.
Nyeri
terbakar: Nyeri yang dirasakan bila kulit
terbakar merupakan jenis nyeri yang paling kuat menyebabkan penderitaan.
3.
Pegal;
Suatu nyeri dalam dengan berbagai
tingkat gangguan dan intensitas rendah di daerah tubuh yang tersebar
luas dapat, bersatu menjadi suatu sensasi yang sangat tidak enak.
Reseptor nyeri didalam kulit dan jaringan
merupakan ujung saraf bebas yang tersebar luas dalam lapisan superfisial kulit.
Jaringan dalam tertentu tidak dipersarafi secara luas oleh ujung tetapi
mendapatkan persarafan yang lemah. Setiap kerusakan jaringan yang tersebar
menyebabkan pegal pada saerah ini. Perangsangan
sangat ringan pada ujung saraf nyeri bila dihambat dengan anastesi atau dengan
menekan saraf fenomena geli atau gatal akan lenyap. Sensasi gatal dapat
dibangkitkan melalui reflex menggaruk dan berkurangnya gatal dapat bangkitkan
melalui refleks menggaruk dan
berkurangnya gatal dapat terjadi dengan menggaruk,garukan yang kuat menimbulkan
rasa nyeri.
Nyeri dari berbagai visera perut dan ada merupakan salah satu dari beberapa kriteria yang digunakan untuk mendiagnosis penyakit, peradangan dan gangguan visera lain. Pada umumnya visera tidak mempunyai reseptor sensoris untuk modalitas sensasi selain nyeri. Nyeri viseral berbeda dengan nyeri permukaan. Jenis kerusakan sangat teralokasi, pada visera jarang menyebabkan nyeri hebat.
Nyeri dari berbagai visera perut dan ada merupakan salah satu dari beberapa kriteria yang digunakan untuk mendiagnosis penyakit, peradangan dan gangguan visera lain. Pada umumnya visera tidak mempunyai reseptor sensoris untuk modalitas sensasi selain nyeri. Nyeri viseral berbeda dengan nyeri permukaan. Jenis kerusakan sangat teralokasi, pada visera jarang menyebabkan nyeri hebat.
Pada permukaan visera, spasme otot
polos dalam suatu visera berongga menyebabkan peregangan ligamentum. Isyarat
nyeri berasal dari rongga dada atau rongga perut dihantarkan melalui serabut
saraf sensoris yang berjalan dalam simpatis nyeri spastik dalam bentuk kejang
dan terjadi secara ritmis, tiap beberapa menit menyebabkan nyeri otot iskemik.
Nyeri kepala merupakan nyeri alihan
ke permukaan kepala dari struktur-struktur dalam otot kepala. Sebagai besar
nyeri kepala bukan karena kerusakan di dalam otak, sebaiknya tarikan pada sinus
venosus dan kerusakan membran yang menutupi otak dapat menyebabkan nyeri hebat
yang dikenal sebagai nyeri kepala.
Macam-macam nyeri kepala:
1.
Nyeri
kepala pada meningitis: Salah satu nyeri
kepala terhebat yang disebabkan oleh penyakit meningitis (peradangan selaput
otak).
2.
Nyeri
kepala migren: Nyeri kepala jenis khusus yang
disebabkan fenomena vaskuler, hilangkanya lapangan penglihatan, aura visceral,
atau halusinasi sensoris lain.
3.
Nyeri
kepala alkoholik: Terjadi setelah minuman keras
alcohol, menimbulkan toksik terhadap jaringan langsung mengiritasi dan
menyebabkan nyeri serebral.
4.
Nyeri
kepala konstipasi: Akibat dari produksi toksik
diabsorpsi yang menimbulkan perubahan dalam sistem sirkulasi,kehilangan plasma
untuk sementara waktu dalam dinding usus, dan buruknya aliran darah ke kepala
menimbulkan nyeri kepala.
5.
Nyeri
kepala karena iritasi struktur hidung:
Membran mukosa hidung dan sinus nasal iritasi menyebabkan nyeri alih ke
belakang mata, permukaan frontal dahi, dan kulit kepala
6.
Nyeri
kepala gangguan mata: Kesulitan dalam
memfokuskan mata menyebabkan kontraksi berlebihan otot silaris berusaha
mendapatkan penglihatan yang lebih jelas meskipun otot ini sangat kecil kontraksi
tonik menjadi penyebab nyeri kepala retro-orbital.
·
Sensasi
Suhu
Manusia dapat merasakan
berbagai gradasi dingin dan gradasi panas, progresif dingin dari sejuk ke
dingin sampai membekukan, progresif panas dari hangat ke panas membakar.
Tingkatan suhu dibedakan oleh tiga jenis organ akhir yaitu reseptor dingin,
reseptor hangat, dan dua subtipe reseptor nyeri (reseptor nyeri dingin dan
reseptor nyeri panas). Reseptor
dingin dan reseptor hangat terletak tepat di bawah kulit. Pada titik yang
terpisah masing-masing mempunyai diameter stimulasi sekitar 1mm. Pada bagian
terbesar tubuh jumlah reseptor hangat tiga kali jumlah reseptor dingin.
Bila suatu reseptor suhu mengalami
perubahan tiba-tiba ia menjadi terangsang dengan kuat tetapi perangsangan ini
menghilang dengan cepat . Pada menit pertama secara progresif lebih lambat
selama setengah jam berikutnya beradaptasi tetapi tidak seluruhnya. Bila suhu
kulit turun secara aktif, orang merasa jauh lebih dingin, jika suhu meningkat
secara aktif ia merasa jauh lebih hangat dari pada yang dirasakan pada suhu
yang sama.
Reseptor suhu terangsang oleh perubahan kecepatan metabolik, karena suhu mengubah kecepatan reaksi kimia intrasel 2 kali untuk tiap perubahan suhu 10 derajat Celcius. Deteksi suhu mungkin tidak disebabkan oleh perangsangan tidak langsung, tetapi perangsangan kimia dari ujung saraf tersebut karena diubah oleh suhu.
Reseptor suhu terangsang oleh perubahan kecepatan metabolik, karena suhu mengubah kecepatan reaksi kimia intrasel 2 kali untuk tiap perubahan suhu 10 derajat Celcius. Deteksi suhu mungkin tidak disebabkan oleh perangsangan tidak langsung, tetapi perangsangan kimia dari ujung saraf tersebut karena diubah oleh suhu.
Isyarat suhu
ditransmisikan dalam lintasan yang hampir sama dengan nyeri, dengan memasuki
medulla spinalis. Isyarat dihantarkan oleh beberapa segmen ke atas atau ke
bawah, kemudian diproses neuron medulla spinalis, akhirnya memasuki serat s4h4
yang panjang menyeberang ke traktus spinotalamikus ke antekolateralis. Beberapa
isyarat dihantarkan ke korteks somestetik dari kompleks ventrobasal suatu
neuron dalam daerah sensoris somestetik
yang bereaksi terhadap rangsangan dingin dan hangat dalam daerah kulit
tertentu.
2.8.
Mata ( Sifat Optik Mata dan Fisiologi
Penglihatan )
Mata
adalah sistem optik yang memfokuskan berkas cahaya pada fotoreseptor , yang
mengubah energi cahaya menjadi implus saraf.
a.
Struktur
Mata
1.
Lapisan terluar yang
keras pada bola mata adalah tunika fibrosa. Bagian posterior tunika fibrosa
adalah sklera opaque yang berisi jaringan ikat fibrosa putih.
a.
Sklera
memberi bentuk pada bola mata dan memberikan tempat perlekatan untuk
ekstrinsik.
b.
Kornea
adalah perpanjangan anterior yang transparan pda sklera di bagian depan mata.
Bagian ini mentransmisi cahaya dan memfokuskan berkas cahaya.
2.
Lapisan tengah bola
mata disebut tunika vaskular ( uvea ), dan tersusun dari :
a.
Lapisan
Koroid, adalah bagian yang sangat terpigmentasi
untuk mencegah refleksi internal berkas cahaya. Bagian ini juga sangat
tervaskularisasi untuk memberikan nutrisi pada mata, dan elastik sehingga dapat
menarik ligamen suspensori.
b.
Badan
Siliaris, suatu penebalan di bagian anterior
lapisan koroid, mengandung pembuluh darah dan otot siliaris. Otot meleka pada
ligamen suspensorik, tempat perlekatan lensa. Otot ini penting dalam akomodasi
penglihatan, atau kemampuan untuk mengubah fokus dari objek berjarak jauh ke
objek nberjarak dekat di depan mata.
c.
Iris,
merupakan perpanjangan sisi anterior koroid, dan merupakan bagian mata yang
berwarna bening. Bagian ini terdiri dari jaringan ikat dan otot radialis serta sirkulasi yang
berfungsi untuk mengendalikan diameter pupil.
d.
Pupil,
adalah ruangan terbuka yang bulat dan iris yang harus dilalui cahaya untuk
dapat masuk ke interior mata.
3.
Lensa,
adalah struktur bikonveks yang bening tepat di belakang pupil. Elastisitasnya
sangat tinggi, suatu sifat yang akan menurun seiring proses penuaan.
4.
Rongga
mata, lensa memisah interior mata menjadi dua
rongga yaitu rongga interior dan rongga posterior.
a. Rongga Anterior
terbagi menjadi dua ruang
1. Ruang
anterior terletak di belakang kornea dan di depan iris dan Ruang Posterior
terlatak di depan lensa dan di belakang iris.
2. Ruang
tersebut berisi aqueous humor, suatu cairan bening yang diproduksi prosesus
siliaris untuk mencukupi kebutuhan nutrisi lensa dan kornea. Aqueous mengalir
ke saluran Schlemm dan masuk ke sirkulasi darah vena.
3. Tekanan
intraokular, pada aqueous humor penting untuk mempertahankan bentuk bola mata.
Jika aliran aqueous humor terhambat , tekanan akan meningkat dan mengakibatkan
kerusakan penglihatan , suatu kondisi yang disebut glaukoma.
b.
Rongga
Posterior, terletak di anatara lensa dan retina dan
berisi viterus humor. Semacam gel transparan yang juga berperan untuk
mempertahankan bentuk bola mata dan mempertahankan posisi retina terhadap
kornea.
5.
Retina
(lapisan dalam mata), adalah lapisan yang tipis dan transparan.
Lapisan ini terdiri dari lapisan terpigmentasi luar, da lapisan jaringan saraf
dalam.
a.
Lapisan
terpigmentasi luar: pada retina melekat
pada lapisan koroid . lapisan ini lapisan tngga sel epitel kuboidal yang
mengandung pigmen melanin dan berfungsi untuk menyerap cahaya berlebih dan
mencegah refleksi internal berkas cahaya yang melalui bola mata. Lapisan ini
juga menyimpan vitamin A.
b.
Lapisan
jaringan saraf dalam ( optikal ), yang terletak bersebelahan dengan lapisan
terpigmentasi , adalah struktur kompleks yang terdiri dari berbagai jenis
neuron yang tersusun dalam sedikitnya
sepuluh lapisan terpisah.
1)
Sel
batang dan Kerucut, adalah reseptor fotosensitif yang terletak
berdekatan dengan lapisan terpigmentasi.
2)
Neuron
Bipolar, membentuk lapisan tengah dan
menghubungkan sel batang dan sel kerucut ke sel – sel ganglion.
3)
Sel
ganglion, mengandung akson yang berhubungan pada
regia khusus dalam retina untuk membentuk saraf optik
4)
Sel
Horizontal dan Amakrin, merupakan sel lain yang ditemukan dalam
retina. Sel ini berperan untuk menghubungkan sinaps – sinaps lateral.
5)
Cahaya
masuk melalui lapisan ganglion, lapisan
bipolar, dan badan sel batang serta kerucut untuk menstimulasi prosesus dendrit
dan memicu impuls daraf. Kemudian impuls saraf menjalar dengan arah terbalik
melalui kedua lapisan sel saraf.
c.
Bintik
Buta ( diskus optik ), adalah titik keluar
saraf optik. Karena tidak ada fotoreseptor pada area ini, maka tidak ada
sensasi penglihatan yang terjadi saat cahaya jatuh ke area ini.
d.
Lutea
buta, adalah area kekuningan yang terletak
agak lateral terhadap pusat.
e.
Fovea
Makula, adalah pelekukan sentral makula yang
tidak memilik sel batang dan hanya mengandung sel kerucut. Bagian ini adalah
pusat visual mata, bayangan yang terfokus disini akan diinterpretasi dengan
jelas dan tajam oleh otak.
f.
Jalur
visula ke otak
1)
saraf optik terbentuk
fari akson sel – sel ganglion yang keluar dari mata dan bergabung tepat di sisi
superior kelenjar hipofisis membentuk kiasma optik.
2)
Pada kiasma optik,
serabut neuron yang berasal dari separuh bagian temporal ( lateral ) setiap
retina tetap berada di sisi yang sama sementara serabut neuron yang ebrasal
dari separuh bagian nasal ( medial ) setiap retina menyilang ke sisi yag
berlawanan.
3)
Setelah kiasma optik,
serabut akson membentuk traktus optik yang memanjang untuk bersinapsis dengan
neuron dalam nuklei genikulasi lateral talamus. Aksonnya menjalar ke korteks lobus
oksipital.
4)
Sebagian akson
berhubungan dengan kolikuli superior, okulomotorik, dan nuklei pratektumuntuk
berpartisipasi dalam refleks pupilaris
dan siliaris.
b.
Karakteristik atau Sifat Optik Mata
1. Refraksi, adalah
defleksi, atau pembelokan , berkas sinar saat melewati salah satu medium menuju
medium lain yang memiliki densitas optik berbeda. Semakin koveks suatu
permukaan , maka akan semakin reflaktif dayanya.
a. Kornea:
bertanggung jawab untuk sekitar 70% daya refraktif dan merupakan alat
penyesuaian kasar pada mata
b. Lensa: berperan dalam sebagian besar aktivitas
refraktif yang tersisa dan merupakan alat penyesuaian halus pada mata.
c. Cairan aquosus dan
vitreus: bertanggung jawab untuk refraksi minimal.
2. Akomondasi: adalh
proses penyesuaian otomatis pada lensa untuk memfokuskan objek secara jelas
pada jarak yang beragam.
a. Lensa Konveks (tebal
di tengah dan tipis di perifer) lebih
bundar, mengumpulkan berkas sinar, dan fokusnya pada objek yang dekat.
b. Lensa konkaf
(tipis di tengah dan tebal di perifer) membiaskan berkas sinar, mendatar dan
fokusnya pada objek berjarak jauh.
c. Pada emetropia atau
akomodasi normal , kontraksi otot siliaris
mengurangi tarikan ligamen suspensorik pada lensa, yang kemudian menonjol ke
luar sehingga semakin konveks , atau membulat untuk penglihatan dekat.
Relaksasi otot siliaris memperkuat tarikan ligamen suspensorik pada lensa,
sehingga semakin memipihkan lensa untuk penglihatan jauh.
d. Daya akomodasi:
suatu refleks tak sadar, akan menurun seiring pertambahan usia akibat penurunan
elastisitas lensa, yang tidak dapat menonjol ke luar lagi sebanyak di usia muda. Kondisi seperti ini disebut
presbiopia dan diperbaiki dengan lensa bifocal.
e. Konvergensi:
bola mata saat mengamati objek yang dekat membantu proses akomodasi dengan
memastikan bahwa bayangan dalam kedua mata jatuh pada bagian koresponden
retina.
f. Konstriksi pupil:
juga terjadi secara refleks salam proses akomodasi untuk menampilkan berkas
sianr yang paling terbias pada layar dan memungkinkan pembentukan bayangan yang
jelas pada retina.
3. Defek Visual
a. Miopi ( rabun dekat )
1.
Bola mata yang memiliki
daya refraktif terlalu panjang, atau sistem lensa yang terlalu kuat,
menyebabkan fokus bayangan jatuh pada titik di depan retina.
2.
Akibatnya adalah rabun
dekat disebut demikian karena mata hanya dapat berfokus pada objek yang dekat.
3.
Miopia diperbaiki
dengan lensa konkaf yang diletakkan di depan mata, sehingga didapatkan refraksi yang cukup untuk memfokuskan objek
berjarak jauh ke retina
b. Hiperopia ( rabun jauh
)
1.
Bola mata dengan sistem
lensa yang terlalu pendek atau terlalu lemah mengakibatkan bayangan jatuh
dibelakang retina. Sehingga penglihatan buram terhadap objek yang berjarak
dekat.
2.
Hiperopia diperbaiki
dengan lensa konveks yang diletakkan di depan mata sehingga fokus benda jatuh
pada retina
c. Astigmatisme
1.
Jika lengkungan kornea
atau lensa tidak seimbang, berkas sinar yang melewati juga tidak terefraksi
dengan merata sehingga bayangan menjadi buram di salah satu lempeng.
2.
Astigmatisme dapat
diperbaiki dengan lensa khusus yang memiliki lengkung perbaikan berbeda untuk
lempeng yang tepat.
c. Fisiologi penglihatan
1. Rodopsin (visual unggu)
adalah pigmen yang terkandung dalam sel batang yang memiliki dua sub-unit.
a.
Retinal,
disebut juga retinen atau retinaldehid, disintesis dari vitamin A. zat ini ada
dalam dua bentuk isomer; sebuah 11-cis-retinal bengkok dan sebuah all-trans
retinal lurus.
b.
Opsin
atau skotopsin, adalah protein dalam ikatan kimia
lemah dengan 11-cis-retinal.
2. Pemutihan rodopsin darin
unggu menjadi merah muda terjadi saat cahaya masuk ke retina. Cahaya
menyebabkan 11-cis-retinal yang berkaitan dengan opsin berubah bentuk menjadi bentuk all-trans, sehingga bentuk tersebut
terlepas dari opsin.
a.
Pemisahan opsin dan
retinal memicu potensial saraf dalam sel batang (reseptor), yang menyebabkan
stimulasi sel-sel bipolar dan ganglion retina. Stimulasi ini ditransmisi ke
otak melalui saraf optik.
b.
Tidak seperti membrane
sel saraf lainnya, saluran Na +
pada membran sel batang akan terbuka jika tidak ada stimulasi (cahaya).
Dengan demikian, dalam gelap, aliran masuk Na+ akan mengakibatkan
depolarisasi dan pelepasan transmiter inhibitorik. Neuron bipolar dan sel
ganglion tidaknterstimulasi.
c.
Jika sel batang
stimulasi oleh cahaya, pelepasan Ca++ dari dalam sel batang menyebabkan saluran Na+
menutup. Karena konduksi Na+ menurun,
maka bagian sel menjadi semakin negatif. Atau hiperpolarisasi. Pelepasan
transmiter inhibitorik berkurang dan sel-sel bipolar berdepolarisasi.
d.
Potensial aksi terjadi
akibat hiperpolarisasi membrane
bukan akibat depolarisasi membran.
3. Resintesis rodopsin terjadi
dalam gelap, yaitu saat semua all-trans retinal diubah kembali menjadi
11-cis-retinal dan berikatan dengan opsin.
Reaksi ini membutuhkan energi dan enzim.
4. Sel
batang berfungsi dalam intensitas cahaya rendah karenanya reaksi ptihan hanya
membutuhkan sedikit cahaya.
5. Adaptasi
terhadap gelap dan terang adalah
penyesuaian penglihatan secara otomatis terhadap intensitas cahaya yang
memasuki nretina saat bergerak dari tempat gelap ke tempat terang atau
sebaliknya.
a. Waktu
yang dibutuhkan untuk adaptasi terhadap kegelapan (kemampuan melihat dalam
cahaya redup) sebagian ditentukan dari waktu yang dibutuhkan untuk meresintesis
dan mengumpulkan cadangan rodopsin.
b. Dalam
cahaya terang, semua rodopsin yang akan terurai dengan cepat dan hanya tersisa sedikit untuk membentuk potensial aksi dalam
sel batang; mata disebut beradaptasi terhadap
terang. Waktu yang dibutuhkan untuk adaptasi terang dari cahaya remang adalah
sekitar 20 menit.
c. Sintesis
rodopsin dan iodopsin (pigmen pada sel kerucut) membutuhkan vitamin A suatu prekursor untuk retinal.
d. Kekurangan
asupan vitamin A dapat menyebabkan abnormalitas penglihatan akbat degenerasi sel batang dan kerucut.
1) Rabun senja, suatu
kondisi yang sensitivitasnya terhadap cahaya ber24rang, biasanya terjadi pada
tahap awal defisiensi vitamin A. Hal ini paling jelas terlihat pada malam hari
ketika hanya ada sedikit cahaya untuk penglihatan yang adekuat.
2) Defisiensi
vitamin A berkepanjangan juga mempengaruhi sel kerucut. Pengobatan dengan
vitamin A dapat mengembalikan fungsi retinal jika sel batang dan sel kerucut
belum rusak.
3) Vitamin
B juga berperan penting untuk mendukung fungsi sempurna retina dan semua
jaringan saraf.
e. Adaptasi
terhadap gelap dan terang juga melibatkan refleks pupilaris, untuk menentukan
banyak sedikitnya cahaya yang memasuki bagian interior mata.
6.
Penglihatan
warna
a.
Setiap mata mengandung
6 sampai 7 juta sel kerucut bipolar yang bertanggung jawab untuk kejelasan pandangan
dan penglihatan warna.
b.
Sel kerucut mengandung iodopsin, yaitu retinal yang terikat
pada opsin yang berada dengan opsin dalam sel batang.
c.
Iodopsin ini bisa saja
bersifat sensitif-biru, sensitif-merah, ata4 sensitif-hijau, sehingga setiap
sel kerucutb memiliki sensitivitas selektif untuk membedakan warna.
d.
Proses dekomposisi
pigmen dalam sel batang untuk membentuk potensial aksi juga terjadi dalam sel
kerucut. Karena pigmen iodopsin tidak merespons dalam cahaya yang redup, maka
sel kerucut hanya dapat berfungsi dalam cahaya yang terang.
2.9.
Lokasi Area Motorik dan Berhubungan dengan
Korteks serebri
Area fungsional korteks
serebral meliputi area motorik primer, area sensorik primer, dan yang
berdekatan dengan area primer dan berfungsi untuk integrasi dan interpretasi
tingkat tinggi.
1. Area
motorik primer pada korteks
a. Area Motorik Primer
terdapat dalam glrus presentra. Di sini, neuron (piramidal) mengendalikan
kontraksi vlunter otot rangka. Aksonnya menjalar dalam traktus piramidal.
b. Area Pramotorik Korteks
terletak tepat di sisi anterior girus presentral. Neuron (ekstrapiramidal)
mengendalikan aktivitas motorik yang terlatih dan berulang, seperti mengetik
c. Area Broca
terletak di sisi anterior area premotorik pada tepi bawahnya. Area ini mungkin
hanya terdapat pada satu hemisfer saja (biasanya sebelah kiri). Dan hubungannya
dengan kemampuan wicara.
2.10.
Fungsi
Motorik Medulla Spinalis
Medula spinalis sebagai pusat saraf
mengintegrasikan sinyal sensoris yang datang dan mengaktifkan respons motorik
secara langsung tanpa campur tangan otak. Fungsi ini terlihat pada kerja reflek
spinal untuk melindungi tubuh dari bahaya dan menjaga pemeliharaan tubuh. Sebagai pusat perantara,antara susunan saraf
tepi dan otak (susunan saraf pusat). Semua komando motorik volunter dari otak
dikomunikasikan terlebih dahulu pada pusat motorik spinal akan memproses sinyal
sebagaimana mestinya sebelum mengirimkannya ke otot. Demikian juga sinyal
sensoris di medula spinalis. Pada medula spinalis sinyal sensoris sebagian
besar diproses dan diintegrasikan. Oleh karena itu medula spinalis dikatakan
sebagai tempat komunikasi dua arah antara otak dan medula spinalis.
2.11.
Serebelum
dan Ganglia Basalis
1.
Serebelum
( Otak kecil )
Serebelum ( otak kecil ) terletak
dalam fossa kranial posterior , dibawah tentorium serebelum bagian posterior
dari pons varolli dan medula
oblongata. Serebelum mempunyai dua hemisfer yang dihubungkan oleh vermis . Serebelum
dihubungkan dengan otak tengah oleh pedunkulus serebri superior , dengan pons
varolli oleh pedunkulus serebri media dan dengan medulla oblongata oleh
pedunkulus serebri inferior. Lapisan permukaan setiap hemisfer serebri disebut
korteks yang disusun oleh subtansia grisea. Lapisan – lapisan korteks sereberi
ini dipisahkan oleh fisura transverses yang tersusun rapat. Kelompok massa
substansia grisea tertentu pada serebelum tentanam dalam substansia alba yang
paling besar dikenal sebagai nucleus dentatus.
Serebelum berfungsi dalam melakukan
tonus otot dan mengkoordinasikan gerakan otot pada sisi tubuh yang sama. Serebelum
juga berfungsi untuk mempertahankan postur. Berat serebelum ± 150 gram ( 8% -9%
) dari otak seluruhnya . sama seperti lobuli serebelum , vermis juga dibagi
dalam beberapa bagian dari depan ke belakang yaitu :
1. Lobulus
quadrangularis anterior lingua
2. Lobus
sentralis kulmen
3. Quadrangularis
posterior deklive
4. Lobules
semilunaris inferior tuber.
Potongan melintang serebelum dibagi atas 3 bagian
:
a.
Arkhi
Serebelum, lobus otak kecil merupakan bagian
kolumna aferen somatic. Lobus ini menerima input langsung lewat serabut saraf
vestibularis dan nucleus vestibularis medialis inferior, berperan sebagai tonus
otot keseimbangan dan sikap tubuh.
b.
Paleoserebelum,
bagian terbesar dari vermis superior hemisfer otak kecil di depan visura prima
. bagian ini merupakan input dari susunan saraf vestibular ang ber[eran pada
pengaturan tonus otot.
c.
Neoserebelum,
bagian utama dari otak kecil , bagian vermisnya merupakan suatu bangunan
neokorteks serebelum, nucleus pons, dan nucleus oliveri inferior principal pada
medula oblongata . input diperoleh dari indra penglihatan , pendengaran , dan
kulit . peranan secara mendasar adalah menjaga kehalusan kontraksi otot serta
ketetapan kekuatan arah dan besarnya garapan gerakan volunter.
Struktur internal
. serebelum terdiri atas korteks substansia grisea dan korteks substansia alba
, didalamnya terdapat kumpulan nuclei pada tiap tiap hemisfer nuklei:
a.
Nucleus
dentatus : menerima serabut dari bagian
neoserebelum lobus posterior dan lobus anterior , lalu mengirim serabut ke
nucleus ruber ( red nucleus dan nucleus netro lateral talamus ).
b.
Nucleus
interpolaris : terdiri atas nucleus globulus dan
nukleus Emboliformis. Kedua nukleus ini menerima serabut dari paleo sebelum dan
mengirim serabut ke nukleus ruber.
c.
Nukleus
Fastigii ( fastioginal nukleus ) : menerima serabut
dari lobus flokulonodulus ( lobus flocculonodularis ), lalu mengirim serabut ke
nukleus vestibularis dan nukleus retikularis melalui fesikulus unsinatus (
fasciculus uncinatus )
Substansia
alba serebelum Mengandung 3 kelompok
serabut proyeksi yang berpasangan sebagai berikut.
1.
Pedunkulus
Serebelaris Superior ( Brachium Conjunctivum
)
·
Serabut dentatorubral
dan dentatotalamikus membawa implus dari nukleus dentatus ke nukleus ruber
kontra lateral dan ke talamus.
·
Traktus spinoserebelaris
ventaris, masuk ke serebelum dari medula spinalis dan berakhir pada korteks
paleo serebelum.
·
Fasikulus unisinatus
(hook bundle of russell),melalui fasikulus ini serabut dari nukleus fastagii
berakhir pada nukleus vestibularis.
2.
Pedunkulus
Serebralis Medialis ( Brachium Pontis ), merupakan
bagian terbesar, tempat berjalannya serabut dari nuklei di pons yang menuju ke
neoserebelum kontralatera.
3.
Pedunkulus
Sereberalis Medialis (Rrestiform Body )
·
Traktus
olivo sereberalis, berasal dari nukleus oliverius
inferior kontralateral menuju ke korteks hemisfer dan vermis serebelum.
·
Traktus
spinoserebelaris dorsalis, mengandung serebut
dari medula spinalis menuju ke korteks lobus anterior dan ke bagian piramidal
dan paleoserebelum.
·
Serabut arkuatus
eksterna dorsalis, berasal dari nuklei funikulus grasilis dan kuneatus.
Serebelum memiliki suatu mekanisme
umpan balik yang bertujuan untuk mengendalikan pergerakan-pergerakan saat
pergerakan sedang berlangsung. Fungsi
utamanya adalah mengembalikan tonus otot di luar kesadaran merupakan
suatu mekanisme saraf yang berpengaruh dalam pengaturan dan pengendalian
terhadap perubahan ketegangan dalam otot, untuk mempertahankan keseimbangan dan
sikap tubuh, terjadinya kontraksi dengan lancar dan teratur pada pergerakan di
bawah pengendalian kemauan dan mempunyai aspek keterampilan.
Setiap pergerakan memerlukan suatu koordinasi
dalam kegiatan sejumlah otot. Otot antagonis harus mengalami relaksasi secara
teratur, sedangkan otot sinergis berusaha memfiksasi sendi sesuai dengan
kebutuhan yang diperlukan oleh bermacam-macam pergerakan.
2.
Ganglia
Basalis ( Basal ganglia )
Basal Ganglia terdiri atas beberapa
kumpulan subtansia grisea padat yang terbentuk dalam hubungan yang erat dengan
dasar ventrikulus lateralis. Ganglia basalis merupakan nuklei subkortikalis
yang berasal dari telensefalon. Pada otak manusia, ganglia basalis terdiri atas
beberapa elemen saraf sebagai berikut.
1.
Nukleus
Kaudatus dan Putamen, nukleus kaudatus
sering disebut korpus striatum, sedangkan putamen dan globus palidus disebut
nukleus lentikularis / lentiformalis.
§ Korpus Striatum :
merupakan suatu kumpulan substansia grisea di sebelah anterior kaput nuklei
kaudatus berhubungan dengan nukleus lentiformalis. Fungsi korpus striatum
adalah pengendalian gerakan-gerakan tertentu dan tonus otot tidak bekerja
sendiri tapi merupakan bagian penting dari sistem ekstrapiramidal tetapi tetap
dibawah pengendalian korpus striatum.
§ Nukleus Lantiformalis :
merupakan lapisan subtansia yang tipis di antara korteks dan permukaan lateral
putamen.
2.
Globus
Pallidus, terdiri atas dua bagian yaitu globus
palidus medialis dan globus palidus lateralis. Globus palidus terletak di
sebelah lateral kapsula interna dan dikenal sebagai paleostriatum.
3.
Korpus
Amigdaloideum (corpus
amygdaloideum), dikenal sebagai arkhistriatum (archistriatum), terletak di
sebelah dalam lobus temporalis dan mempunyai hubungan olfaktorik dengan
hipotamulus,dan fungsi-fungsi viseral.
§ Hubungan Aferen:
langsung melalui serat traktus olfaktorius lateralis untuk mencapai bagian
anterior, kelompok nuklei pars kortikomedialis, dan tidak langsung mencapai
kelompok nuklei pars basolateralis.
§ Hubungan Eferen:
stria terminalis berjalan melengkung sepanjang tepi medial nukleus kaudatus dan
berakhir dalam nukleus hipotalamus ventromedialis dan fibrae amygdalo. Beberapa
serat ini mencapai nukleus medialis dorsalis talami, girus paraterminalis, dan
girus cinguli.
Secara fungsional basal ganglia
merupakan satu satuan fungsi dari:
a. Nukleus
kaudatus, putamen, dan globus pallidus
b. Nuleus
subtalmikus
c. Subtansia
nigra
d. Nukleus
ruber (red nucleus)
Hubungan antara nukleus basal
ganglia ini sangat kompleks, Nuklei basal ganglia mendapat implus dari daerah
motorik dan premotorik. Fungsi yang tepat dari basal ganglia belum jelas.
Perangsangan pada umumnya juga tidak memperlihatkan hasil yang jelas tetapi
perangsangan pada nukleus kaudatus menghambat stretch reflex. Hambatan ini mungkin terjadi dengan cara
pengaktifan area inhibisi pada korteks melalui jalur umpan balik talamo
kortikal. Basal ganglia aktif
pada gerakan lambat dan mantap, sedangkan pada gerakan cepat dan tiba- tiba
basal ganglia tidak aktif. Basal ganglia sudah mulai aktif sebelum gerakan
dimulai karena berperan dalam penataan dan perencanaan gerakan yaitu dalam
proses konversi pikiran menjadi gerakan voluter. Aktivitasnya disalurkan
melalui talamus menuju korteks dan jarak kortikospinalis merupakan jalur akhir
menuju ke neuron motorik.
Kerusakan pada ganglia basalis pada
manusia ke neuron motorik.
1. Hiperkinetik:
terjadinya gerakan- gerakan abnormal yang berlebihan.
2. Hipokinetik
: berkurangnya gerakan misalnya kekakuan.
2.12.
Korteks Serebri
Korteks serebri adalah lapisan
permukaan hemisfer yang disusun oleh subtansia grisea. Korteks serebri berlipat
lipat , disebut girus , dan celah diantara dua lekuk disebut sulkus ( fisura ).
Beberapa daerah tertentu dari korteks serebri telah diketahui memiliki fungsi
spesifik. Pada tahun 1909 Brodmann (seorang neuropsikiater bangsa jerman)
membagi korteksn selebri menjadi 47 area
bersarkan struktru selukar. Telah dilakukan banyak usaha untuk menjelaskan
berbagagai makna fungsinonal tertentu dari area-area tersebut.
Hemisfer otak dibagi dalam beberapa
lobus atau daerah sesuai dengan tulang kranium.Lapisan korteks terdiri dari:
1.
Lamina
Molekularis: Mengandung sedikit sel berjalan secara
horizontal dengan permukaan korteks terdapat percabangan akhir dendrit dari
lappisan yang lebih dalam.
2.
Lamina
Granularis Externa: Lapisan mengandung sel neuoron
berbentuk segi tiga memadati lapisan ini.
3.
Lamina
Piramidalis: Lapisan ini mengandung sel berbentuk
piramid. Diantara sel piramid terdapat sel-sel granural dengan akson yang
berjalan naik ke arah lapisan superfisial.
4.
Lamina
Granularis Interna: Terdiri dari sel neoron berbentuk
bintang berukuran kecil dengan akson yang pendek mencapai lapisan superfisial.
5.
Lamina
Ganglionaris: Sel neuron granular ,sel neuron yang
naik mencapai lamina molekullaris akson dari sel ini memasuki subtansia alba.
6.
Lamina
Multiformis: Sel-sel nya berbentuk kumparan dengan
sumbu panjang tegak lurus terhadap permukaan korteks.Akson mencapai subtansia
alba sebagai serat proyeksi aferent dan asosiasi.
Permukaan hemisfer diliputi oleh
cekungan-cekungan yang berupa sulkus,fisura,dan tonjolan yang disebut dengan
gisrus. Oleh karena adanya sulkus dan fisura-fisura ini ,maka korteks cerebri
dibagi menjadi beberapa lobus :
1.
Lobus
Frontalis
a.
Area 4 (area motortik
primer), sebagian besar girus presentalis dan bagian anterior lobus
parasentralis
b.
Area 6 adalah bagian
sirkuit traktus piramidalis (area premotorik) mengatur berakan motortik dan
prematorik
c.
Area 8 mengatur gerakan
mata dan perubahan pupil
d.
9.10,11,12 (area
asosiasi frontalis)
Lobus frontalis terletak didepan
serebrum,bagian belakang dibatasi oleh sulkus sentralisRolandi.Bagian lateral
lobus frontalis terbagi dalam girus frontalis superior,girus frontalis
media,dan girus frontalis inferior.Bagian basal lobus frontalis terdapat girus
orbitalis sebelah lateral dan girus rektus sebelah medial.
2.
Lobus
Parientalis
a. Area
3,1,2 adalah area sensorik primer (area postsentral), meliput girus sentralis
dan meluas kearah anterior sampai mencapai dasar sulkus sentralis.
b. Area
5,7 (area asosiasi somatosensorik), meliputi sebagian permukaan medial hemisfer
serebri .
Permukaan bagian atas dan lateral terdiri dari girus
pariental posterior,giruspariental superior girus supramarginalis ,girus
angularis,dan bagian media lobus parasentralis.
3.
Lobus
Oksipitalis
a. Area
17 (korteks visual primer): Permukaan medial lobus oksipitalis sepanjang bibir
superior dan inferior sulfus kalkanius.
b. Area
18,19 (area asosiasi visual) : Sejajar dengan area 17 meluas sampai meliputi
permukaan lateral lubus oksipitalis. Bagian lateral terdiri dari girus
oksipitalis lateralis, bagian medial girus lingualis, bagian basal diantara
kuneus dan girus lingalis terdapat fisura kalkarina.
4.
Lobus
Temporalis
a.
Area 41 (korteks audiotori
primer): Meliputi girus temporalis superior meluas sampai ke permukaan lateral
girus temporalis
b.
Area 42 (area asosiasi
auditorik): Korteks area sedikit meluas sampai ke pada permukaan girus
termporalus superior
c.
Area 38, 40, 20, 21, 22
(area asosiasi): Permukaan lateral dibagi menjadi girus temporalis superior, girus
temporalis media,dan girus temporalis
inferior. Pada bagian basal terdapat girus fusiformis.
5. Area Broka (area bicara
motoris): Terletak sulkus latelaris, mengatur
gerakan berbicara
6. Area Visualis: Terdapat pada polus posterior dan aspek
medial hemisfer cerebri di daerah sulkus
kalkaneus,merupakan daerah menerima visual.
7. Insula Reili:
Bagian serebrum yang membentuk dasar
fisura silvi yang terdapat diantara
lobus frontalis, lobus parientalis, dan lobus oksipitalis. Bagian otak ini
ditutupi oleh girus temporalis dan girus frontalis inferior
8. Girus Singuli:
Bagian meidal hemisfer terletak diatas korpus kolosum
·
Fungsi korteks serebri :
1. Korteks motorik primer
(area4, 6, 8)
a.
Mengontrol gerakan
volunter otot dan tulang pada sisi tubuh kontralateral. Implusnya berjalan
melalui akson-akson dalam traktus kortikobulber dan kortikospinal, menuju
nuklei saraf-saraf serebrospinal. Proyeksi motorik dari berbagai bagian tubuh
terutama daerah kaki terletak di ats,sedangkan daerah wajah bilateral terletak
di bawah. Daerah lain unilateral berbagai bagian tubuh sesuai dengan tingkat perbandingan ketermpilan dari
bagian tubuh , keterampilan yang tinggi mempunyai gambaran yang luas
b.
Lesi area 4 akan
mengakibatkan paralisis kontralateral dari kumpulan otot yang disarafi
c.
Area 6 dan 8 pada
perangsang akan timbul gerakan mata dan kepala
2. Korteks sensorik primer
(area3, 4, 5)
a.
Penerima sensasi
umum(area somestesia).
b.
Menerima serabut saraf
: Radiasi talamikus yang membawa implus sensoris dari kulit, otot sendi, dan
tendo di sisi kontralateral.Lesi daerah ini dapat menimbulkan gangguan sensasi
pada sisi tubuh kontralateral.
c.
Terdapat homunkulus
sensorik : Menggambarkan luas daerah proyeksi sensorik dari bagian-bagian tubuh
di sisi tubuh kontralateral.Luasnya daerah sensorik suatu bagian tubuh, sebanding
dengan jumlah reseptor di bagian tubuh tersebut.
3. Korteks visual (penglihatan)
area 17
a.
Terletak di lobus
oksipitalis pada fisura kalkarina.
b.
Lesi iritatif
menimbulkan halusinasi visual.
c.
Lesi destruktif menimbulkan
gangguan lapangan pandang.
d.
Menerima impuls dari
radio-optika.
4. Korteks auditorik (pendengaran)
primer area 41
a.
Terletak pada transvers
temporal temporal girus di dasar visura latelaris selebri.
b.
Menerima impuls dari
radiasiaudiotorik yang bersal dari korpus genikulatum medialis.
c.
Lesi area ini hanya
menimbulkan ketulian ringan kecuali bila lesinya bilateral.
5. Area penghidu ( area
reseptif olfakturis)
a.
Terletak di daerah yang
berdekatan dengan girus parahipotalamus lobus temporalis.
b.
Kerusakan jalur
olfaktoris menimbulkan anosmia (tidak mampu mneghidu).
c.
Lesi iritasi menimbulkan
halusinasi olfaktoris. Pada keadaan ini penderita dapat menghidu bau yang aneh
atau mengecap rasa yang aneh.
6. Area asosiasi
a.
Korteks yang mempunyai
hubungan dengan area sensorik maupun motorik,dihubungkan oleh serabut asosiasi.
b.
Pada manusia penting
untuk aktivitas mental yang tinggi, seperti berbicara, menuliskan kata-kata, dsb.
c.
Pada manusia terdapat
tiga daerah asosiasi yang penting, yaitu daerah frontal (di depan korteks
motorik), daerah temporal (antara girus temporalis superior dan korteks limbuk)
dan daerah parieto-oksipital (antara korteks somestik dan korteks visual).
d.
Kerusakan daerah
asosiasi akan menimbulkan gangguan dengan gejala yang sesuai dengan tempat kerusakan.Misalnya, pada area
5,7 akan menimbulkan asteriognosis (tidak mengenali bentuk benda yang diletakan
ditangan dengan mata tertutup) karena rea ini merupakan pusat asosiasi sensasi (indera)
kulit.
2.13. Aktivitas Otak atau
Kerja Otak
Setiap belahan otak, baik otak
kiri maupun otak kanan pada hakikatnya mempunyai mempunyai tanggung jawab dan
fungsi masing-masing. Misalnya, Otak kiri berkaitan dengan akademik, seperti
perbedaan, angka, urutan, tulisan, bahasa, hitungan dan logika, sedangkan Otak
kanan berfungsi dalam hal persamaan, khayalan, kreativitas, bentuk atau ruang, emosi,
musik dan warna. Namun, aktifitas kerja kedua otak tersebut tidak terpisah.
Aktivitas kedua otak itu saling menyatu dan juga saling membangun.
Sebagai contoh, ketika
melihat beberapa pohon dengan dedaunannya yang berguguran, tanah yang kering,
dan cuaca yang teramat panas. Kita akan memerikan, menganalisis, dan
menggeneralisasikan semua hal tersebut dengan belahan otak kanan. Setelah hal
tersebut dilakukan oleh otak kanan, maka belahan otak kirilah kemudian yang
mengkomunikasikannya secara verbal. Misalnya, ketika kita berkata, “dedaunan
itu banyak berguguran, tanah yang disekitarnya kering, dan ternyata sekarang
adalah musim kemarau”. Belahan otak kirilah yang bertanggung jawab terhadap
pengolahan bahasa dan mengutarakan konsep-konsep yang ada dalam persepsi
seseorang. Namun, semua merupakan hasil dari penggeneralisasian yang dilakukan
oleh belahan otak kanan. (Restak, 2004:97)
Dengan contoh di atas,
dapat disimpulkan sebenarnya dalam setiap aktivitas otak yang dilakukan oleh
manusia selalu melibatkan dua fungsi otak, yaitu belahan otak kiri dan belahan
otak kanan. Otak kiri untuk melakukan pemikiran, persepsi, sedangkan otak kanan
untuk memberikan gambaran secara visual. Jika seseorang hanya mengaktifkan
salah satu belahan otaknya dalam beberapa aktivitas, terjadi ketidakseimbangan
fungsi kerja otak pada manusia, maka orang tersebut akan mudah menghadapi
kesulitan terutama kesehatan mental yang kurang baik. Seperti yang dikemukakan
DePorter (2004: 38), “Sesungguhnya, jika Anda termasuk kategori otak kiri dan
Anda tidak melakukan upaya tertentu memasukkan beberapa aktivitas otak kanan
dalam hidup Anda, ketidakseimbangan yang dihasilkan dapat mengakibatkan Anda
stressdan juga kesehatan mental dan fisik yang buruk.”
Berdasarkan
penjelasan-penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pentingnya
menyeimbangkan fungsi kedua belah otak dalam melakukan aktivitas yang memang
membutuhkan kerja otak, sehingga tercapai tujuan yang optimal.
2.14. Sistem Saraf Otonom
Saraf Otonom adalah saraf yang
mempersarafi alat- alat dalam tubuh seperti kelenjar, pembuluh darah, paru,
lambung, usus, dan ginjal. Alat ini mendapat dua jenis persarafan otonom yang
fungsinya saling bertentangan kalau yang satu merangsang yang lainya menghambat
dan sebaliknya, kedua susunan sitem saraf ini disebut saraf simpatis dan
parasimpatis .
Fungsi saraf otonom mengatur
motilitas dan sekresi pada kulit, pembuluh darah, dan organ viseral dengan cara
merangsang pergerakan otot polos dan kelenjar eksokrin. Regulasi dibawa oleh
serabut saraf simpatis dan parasimpatis.
1.
Saraf
Simpatis
Saraf simpatis
adalah saraf yang berpangkal pada sumsum tulang belakang (medula spinalis) di
daerah dada dan pinggang. Saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf
otonom yang cenderung bertindak berlawanan terhadap sistem saraf parasimpatik
dan umumnya berfungsi untuk memacu dan mempercepat kerja organ-organ tubuh,
seperti mempercepat detak jantung dan menyebabkan kontraksi pembuluh darah.
Sistem ini mengatur fungsi kelenjar keringat dan merangsang sekresi glukosa
dalam hati. Sistem saraf simpatik diaktifkan terutama dalam kondisi stres.
Sistem saraf simpatik disebut juga sistem saraf torakolumbar, karena saraf
preganglion keluar dari tulang belakang toraks ke-1 sampai dengan ke-12. Sistem
saraf ini berupa 25 pasang ganglion atau simpul saraf yang terdapat di sumsum
tulang belakang.
·
Fungsi dari
sistem saraf simpatik adalah sebagai berikut.
1. Mempercepat denyut jantung
2. Mempersempit diameter pembuluh darah
3. Memperlambat proses pencernaan
4. Memperkecil bronkus
5. Menurunkan tekanan darah
6. Memperlambat gerak peristaltis
7. Memperlebar pupil
8. Menghambat sekresi empedu
9. Menurunkan sekresi ludah
10. Meningkatkan sekresi adrenalin.
2.
Saraf
Parasimpatik
Saraf parasimpatik adalah saraf yang berpangkal pada sumsum
lanjutan (medula oblongata) dan dari sakrum yang merupakan saraf pre-ganglion
dan post-ganglion. Sistem saraf parasimpatik disebut juga dengan sistem
saraf kraniosakral, karena saraf preganglion keluar dari daerah otak dan daerah
sakral. Fungsi saraf parasimpatik umumnya memperlambat kerja organ-organ tubuh.
Susunan saraf parasimpatik berupa jaring- jaring yang berhubung-hubungan dengan
ganglion yang tersebar di seluruh tubuh. Urat sarafnya menuju ke organ tubuh
yang dikuasai oleh susunan saraf simpatik.
Sistem saraf parasimpatik memiliki fungsi yang berkebalikan
dengan fungsi sistem saraf simpatik. Misalnya pada sistem saraf simpatik
berfungsi mempercepat denyut jantung, sedangkan pada sistem saraf parasimpatik
akan memperlambat denyut jantung. Berikut adalah fungsi dari sistem saraf
parasimpatik.
1.
Menghambat denyut
jantung
2.
Memperlebar diameter
pembuluh darah
3.
Mempercepat proses
pencernaan
4.
Memperlebar bronkus
5.
Menaikkan tekanan
darah
6.
Mempercepat gerak
peristaltis
7.
Mempersempit pupil
8.
Mempercepat sekresi
empedu
9.
Menaikkan sekresi
ludah
10.
Meninurunkan sekresi
adrenalin.
2.15.
Fisiologi Aliran Darah Otak, Cairan Serebrospinal, dan Metabolisme pada otak
1. Fisiologi Aliran Darah Otak,
Sistem saraf pusat (SSP) diisi oleh jaringan yang kaya
pembuluh darah untuk memenuhi kebutuhan yang berubah-rubah dari metabolisme
saraf lokal dan regional. Aliran darah otak (CBF) dapat dilihat dari 2 sudut
pandang: ciri umum, dan gambaran unik dari SSP.
·
Ciri Umum Aliran Darah
Sifat alami darah adalah bahwa substansi tertentu
(leukosit, eritrosit, dan trombosit) tersuspensi dalam plasma. Komponen darah cenderung untuk
berkumpul di bagian tengah aliran, dan akan bervariasi sesuai ukuran lumen,
sehingga sifat darah di arteri yang lebih besar tidak dapat disamakan dengan
pembulih darah yang lebih kecil. Lebih jauh lagi, pernyataan tentang tekanan
darah, aliran darah, dan perfusi jaringan harus dipertimbangkan sesuai pulsasi
aliran darah.
Faktor-faktor lain juga mempengaruhi aliran darah,
meliputi suhu lokal dan pH, tekanan oksigen dan karbondioksida, K+,
H+, HCO3-
pada jaringan dan darah; hematokrit, cardiac output, tekanan darah,
faktor neurogenik, tahanan vaskuler, dan lainnya termasuk mediator saraf dan
kimiawi.
2.
Cairan Serebrospinal
Cairan ini disalurkan oleh
pleksus koroid ke dala ventrikel yang ada dalam otak kemudian masuk ke dalam
kanalis sumsum tulang belakang, lalu ke ruang subarakhnoid melalui
ventrikularis. Setelah melintasi seluruh ruangan otak dan sumsum tulang
belakang, akan kembali ke sirkulasi melalui granulasi arakhnoid pada sinus
sagitalis superior. Perjalanan cairan serebrospinalis , setelah meinggalkan
ventrikel lateralis I dan II, cairan otak dan sumsum tulang belakang akan
menuju ventrikel III melalui Foramen
monro masuk ke ventrikel IV melalui akuaduktus Sylvius, kemudian cairan dialirkan ke bagian medial foramen megendie
( foramen of Magendie ) selanjutnya ke
sisterna magna. Cairan tersebut akan membasahi bagian – bagian dari otak dan
akan diabsorbsi oleh vili-vili yang terdapat pada arakhnoid. Jumlah cairan ini
tidak tetap, berkisar 80-200 cc dan mempunyai sifat alkalis. Komposisi cairan
serebrospinalis terdiri atas air, protein, glukosa, garam-garam, sedikit
limfosit dan karbondioksida.
Beberapa fungsi cairan serebrospinalis adalah sebagai
berikut:
1. Memberikan kelembaban otak dan
medulla spinalis.
2. Melindungi alat - alat dalam
medulla spinalis dan otak dari tekanan.
3. Melicinkan alat – alat dalam
medulla spinalis dan otak.
3.
Metabolisme Otak
Berat otak manusia normal berkisar
antara 1200-1400 gram, merupakan 2% dari berat badan total manusia. Dalam
keadaan istirahat otak memerlukan oksigen sebanyak 20% dari seluruh kebutuhan
oksigen tubuh dan memerlukan 70% glukosa tubuh. Adanya kebutuhan oksigen yang
tinggi tersebut disertai dengan aktifitas metabolik otak yang terjadi secara
terusmenerus memerlukan aliran darah yang konstan ke dalam otak, sehingga otak
memerlukan makanan yang cukup dan teratur. Dalam setiap menit otak memerlukan
800 cc oksigen dan 100 mg glukosa sebagai sumber energi. berkurang atau
hilangnya suplai darah ke otak dalam beberapa menit akan menimbulkan adanya
gangguan pada jaringan otak yang bervariasi dari ringan hingga yang berat
berupa kematian sel otak.
Secara normal otak memerlukan glukosa
untuk menghasilkan energi melalui proses glikolisis dan siklus krebs serta
membutuhkan +- 4 x 10 21 ATP per menit. Glukosa merupakan sumber utama yang
dibutuhkan sel otak disamping oksigen. Kecepatan metabolisme glukosa di otak
adalah 30 umol/100 g
otak adalah 165 umol/100 g otak/menit atau 3.5 ml/100 g otak/menit. Metabolisme
glukosa terjadi terutama di mitokondria yang akan menghasilkan senyawa fosfat
berenergi tinggi seperti ATP 7. Maka jaringan otak sangat rentan terhadap
gangguan suplai glukosa dan oksigen. Kebutuhan akan glukosa dan oksigen
dihantarkan melalui aliran darah secara konstan.
Neuron-neuron otak neuron
- neuron otak mendapatkan seluruh sediaan energi dari metabolisme oksidatif glukosa. Untuk melakukan fungsi -
fungsinya otak memerlukan seperempat kebutuhan oksigen yang digunakan oleh
tubuhb per menit. Neuron yang menggunakan energi yang besar ini dibangkitkan
dalam mitokondria, untuk dua kelompok fungsi:
1. Energi
diperlukan untuk mempertahankan integritas sel
membran dan konsentrasi ion intra dan ekstra seluler, juga diperlukan
untuk membuang produk toksis dari siklus biokimiawi molekuler.
2. Untuk
melakukan peran serebral dalam sintesis, penyimpanan, transport dan pelepasan
neurotransmiter serta dalam mempertahankan respon elektrik.
Metabolisme aerob glukosa sangat
efektif untuk meghasilkan energi yang diperlukan. Satu molekul glukosa
menghasilkan 38 molekul ATP, sedangkan metabolisme anaerob hanya menghasilkan 2
molekul ATP dengan adanya kerugian dihasilkannya ion laktat dengan konsekuensi
adanya perubahan pH intrasel.
Kebutuhan energi neuron bervariasi
menurut aktivitasnya. Peningkatan penggunaan energi memerlukan pengiriman
oksigen dan glukosa dari darah. Hal ini dapat tercapai dengan meningkatkan
aliran darah ke daerah tersebut dengan meningkatkan aktivitas atau dengan
meningkatkan ekstraksi oksigen dari darah. Kebutuhan otak secara umum adalah
konstan, tetapi secara lokal bervariasi dan mampu beradaptasi terhadap pasokan
darah. Hal ini mencegah perubahan - perubahan yang mungkin timbul dalam tekanan
perfusi yang dipengaruhi oleh sistem sirkulasi sentral dengan autoregulasi. Hal
ini dapat dicapai melalui kontraksi otot polos terhadap berbagai tingkat
resistensi arteri dan arteriole sesuai dengan tekanan luminal. Hal ini diduga
akibat respon langsung mekanisme distensi dari otot polos atau suatu reflek
neurogenik sistem simpatis. Melalui autoregulasi yang memungkinkan neuron dapat
mempertahankan aliran darah otak total diatas rentang yang luas dari tekanan perfusi.
Pada orang dewasa normal mempunyai
aliran darah otak antara 50- 55 ml/ 100 gr otak / menit. Bila aliran darah otak
turun hingga kurang dari 18 ml/ 100 gr/ menit merupakan ambang atas dari
gagahnya pompa ion. Bila aliran darah serebral 8 ml/100 gr/menit merupakan
ambang bawah gagahnya pompa ion. Penumbra iskemik adalah keadaan iskemik otak
diantara kedua amabnag tersebut, dimana
neuron - neuron secara fungsional tidak melakukan aktifitas namun secara
struktural masih intak dan bisa diselamatkan.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Secara
anatomis sistem saraf dibagi menjadi dua yaitu sistem saraf pusat yang terdiri
dari otak dan sumsum tulang belakang dan sistem saraf tepi yang terdiri dari
saraf kranial dan saraf spinal, sementara secara fungsional sistem saraf dibagi
menjadi dua juga yaitu saraf sensorik dan saraf motorik. Saraf motorik dibagi lagi menjadi dua divisi
yaitu divisi somatic dan dan divisi otonom , divisi otonom dibagi menjadi dua
yaitu simpatis dan parasimpatis. Sel saraf atau disebut juga neuron adalah unik
struktural dan fungsional dari sistem saraf, bagian dari jaringan neuron antara
lain : badan sel, dendrit, akson, selubung meilin, badan nissl, neuofibril,
nukleus , dan sel schwam. Adapun klsifikasifikasi neuron secara fungsional
berdasarkan arah transmisi implusnya yaitu Neuron Sensorik, Neuron Motorik,
Interneuron, dan secara struktural berdasarkan jumlah prosesusnya terdiri dari
Neuron multipolar, Neuron Bipolar, dan Neuron Unipolar.
Sumsum tulang belakang (medulla spinalis) merupakan perpanjangan dari sistem saraf pusat. Sumsum tulang belakang memanjang dari pangkal leher, hingga ke selangkangan. Sumsum tulang belakang terdiri dari 31 pasang saraf spinalis yaitu : 7 Vetebra Servikalis, 12 Vetebra Torakalis, 5 vetebra Lumbalis, 5 vetebra Sakralis dan 4 vetebra Koksigeus. fungsinya Menghubungkan sistem saraf tepi ke otak, Memungkinan jalan terpendek dari gerak refleks, dan Mengurusi persarafan tubuh. Lokasi area sensorik dan hubungannya dengan korteks serebri terdiri dari Area Sensorik Primer, Area Visual Primer, Area Auditori Primer, Area Olfaktori Primer, Area Pengecap Primer (Gustatory). Sedangkan lokasi area motorik dan hubungannya dengan korteks serebri terdiri dari Area Motorik Primer , Area Pramotorik Korteks , Area Broca . Reseptor Sensorik merupakan mekanisme dasar reseptor yang mengubah rangsangan sensorik menjadi isyarat saraf sebagaimana rangsangan sensorik dan kekuatan dideteksi oleh otak. Jenis Reseptor Sensorik terdiri dari mekanoreseptor, termoreseptor, nosiseptor, reseptor, elekromaknetik, kemoreseptor. Sensasi somatik kemampuan seseorang untuk mendiagonis berbagai penyakit bergantungan pada pengetahuan mengenai berbagai sifat berbagai sifat rasa nyeri, dan bagaimana nyeri dapat di alihkan dari suatu bagian tubuh yang lain. Mata adalah sistem optik yang memfokuskan berkas cahaya pada fotoreseptor , yang mengubah energi cahaya menjadi implus saraf. Serebelum ( otak kecil ) terletak dalam fossa kranial posterior , dibawah tentorium serebelum bagian posterior dari pons varolli dan medula oblongata. Serebelum mempunyai dua hemisfer yang dihubungkan oleh vermis . Ganglia basalis merupakan nuklei subkortikalis yang berasal dari telensefalon. Adapun korteks serebri adalah lapisan permukaan hemisfer yang disusun oleh subtansia grisea. Korteks serebri berlipat lipat , disebut girus , dan celah diantara dua lekuk disebut sulkus ( fisura ). Dalam setiap aktivitas otak yang dilakukan oleh manusia selalu melibatkan dua fungsi otak, yaitu belahan otak kiri dan belahan otak kanan. Otak kiri untuk melakukan pemikiran, persepsi, sedangkan otak kanan untuk memberikan gambaran secara visual. Saraf Otonom adalah saraf yang mempersarafi alat- alat dalam tubuh seperti kelenjar, pembuluh darah, paru, lambung, usus, dan ginjal. sedangkan Saraf parasimpatik adalah saraf yang berpangkal pada sumsum lanjutan (medula oblongata) dan dari sakrum yang merupakan saraf pre-ganglion dan post-ganglion.
Sumsum tulang belakang (medulla spinalis) merupakan perpanjangan dari sistem saraf pusat. Sumsum tulang belakang memanjang dari pangkal leher, hingga ke selangkangan. Sumsum tulang belakang terdiri dari 31 pasang saraf spinalis yaitu : 7 Vetebra Servikalis, 12 Vetebra Torakalis, 5 vetebra Lumbalis, 5 vetebra Sakralis dan 4 vetebra Koksigeus. fungsinya Menghubungkan sistem saraf tepi ke otak, Memungkinan jalan terpendek dari gerak refleks, dan Mengurusi persarafan tubuh. Lokasi area sensorik dan hubungannya dengan korteks serebri terdiri dari Area Sensorik Primer, Area Visual Primer, Area Auditori Primer, Area Olfaktori Primer, Area Pengecap Primer (Gustatory). Sedangkan lokasi area motorik dan hubungannya dengan korteks serebri terdiri dari Area Motorik Primer , Area Pramotorik Korteks , Area Broca . Reseptor Sensorik merupakan mekanisme dasar reseptor yang mengubah rangsangan sensorik menjadi isyarat saraf sebagaimana rangsangan sensorik dan kekuatan dideteksi oleh otak. Jenis Reseptor Sensorik terdiri dari mekanoreseptor, termoreseptor, nosiseptor, reseptor, elekromaknetik, kemoreseptor. Sensasi somatik kemampuan seseorang untuk mendiagonis berbagai penyakit bergantungan pada pengetahuan mengenai berbagai sifat berbagai sifat rasa nyeri, dan bagaimana nyeri dapat di alihkan dari suatu bagian tubuh yang lain. Mata adalah sistem optik yang memfokuskan berkas cahaya pada fotoreseptor , yang mengubah energi cahaya menjadi implus saraf. Serebelum ( otak kecil ) terletak dalam fossa kranial posterior , dibawah tentorium serebelum bagian posterior dari pons varolli dan medula oblongata. Serebelum mempunyai dua hemisfer yang dihubungkan oleh vermis . Ganglia basalis merupakan nuklei subkortikalis yang berasal dari telensefalon. Adapun korteks serebri adalah lapisan permukaan hemisfer yang disusun oleh subtansia grisea. Korteks serebri berlipat lipat , disebut girus , dan celah diantara dua lekuk disebut sulkus ( fisura ). Dalam setiap aktivitas otak yang dilakukan oleh manusia selalu melibatkan dua fungsi otak, yaitu belahan otak kiri dan belahan otak kanan. Otak kiri untuk melakukan pemikiran, persepsi, sedangkan otak kanan untuk memberikan gambaran secara visual. Saraf Otonom adalah saraf yang mempersarafi alat- alat dalam tubuh seperti kelenjar, pembuluh darah, paru, lambung, usus, dan ginjal. sedangkan Saraf parasimpatik adalah saraf yang berpangkal pada sumsum lanjutan (medula oblongata) dan dari sakrum yang merupakan saraf pre-ganglion dan post-ganglion.
3.2.
Saran
Untuk memahami sistem saraf selain membaca dan memahami
materi - materi dari sumber keilmuan yang ada ( dibuku, internet, dan lain –
lain) kita harus dapat mengaitkan materi – materi tersebut dengan kehidupan
kita sehari – hari , agar lebih mudah untuk paham dan akan selalu diingat.
DAFTAR
PUSTAKA
Syaifuddin. 2003. Anatomi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan.Ed 2. Jakarta: EGC.
Sloane Ethel. 2012. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula.Jakarta: EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar