Minggu, 25 September 2016

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERSARAFAN



MAKALAH
ILMU DASAR KEPERAWATAN III
“ ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERSARAFAN”





Disusun Oleh :
Kelompok 9

                                    Chandra Dwi Pratama             C1AA15012
                                    Meilza Nabila                         
C1AA15048
                                    Resy Setiadi Putri                   
C1AA15070
                                   
Windri Setia Rahayu               C1AA15096


PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
2016











KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Anatomi dan Fisiologi Sistem Persarafan”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada nabi besar alam kita yaitu, Nabi Muhammad SAW. Adapun tujuan makalah ini disusun untuk melengkapi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan III.
            Kami menyadari bahwasanya dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen mata kuliah guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik lagi di masa yang akan datang. Aamiin.



Penyusun,
Sukabumi,  Mei 2016






DAFTAR ISI
 
Kata Pengatar ................................................................................................  i
Daftar Isi .........................................................................................................  ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................   1
1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .....................................................................................  2
1.3. Tujuan Penulisan .......................................................................................  2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3
2.1.   Anatomi Sistem Persarafan Pada Manusia .............................................    3    
2.2.   Struktur dan Fungsi Jaringan Neuron
.....................................................    4
2.3.   Susunan Sistem Saraf dan Klasifikasi Neuron
 ......................................     6
2.4.   Struktur dan Fungsi Medulla Spinalis serta Saraf Spinalis ....................      10
2.5.   Lokasi Area Sensorik dan Hubungannya dengan Korteks Serebri.........     12
2.6.   Reseptor – Reseptor Sensorik ................................................................. 13
2.7.   Sensasi Somatik ...................................................................................... 15
2.8.   Mata ....................................................................................................... 18
2.9.   Lokasi Area Motorik dan Berhubungan dengan Korteks serebri ...........     26
2.10. Fungsi Motorik Medulla Spinalis ............................................................   27
2.11. Anatomi dan Fisiologi Serebelum dan Ganglia Basalis ..........................      27
2.12. Anatomi dan Fisiologi Korteks Serebri ..................................................    32
2.13. Aktivitas Otak ........................................................................................  36
2.14. Sistem Saraf Otonom ..............................................................................  37
2.15.  Fisiologi  Aliran Darah, Cairan Seebrospinal, dan Metabolisme otak.....     39
BAB III PENUTUP........................................................................................ 43
3.1. Kesimpulan................................................................................................ 43
3.2. Saran .........................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA







BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
            Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan serta terdiri terutama dari jaringan saraf. Dalam mekanisme sistem saraf, lingkungan internal dan stimulus eksternal dipantau dan diatur. Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan, dan mengontrol interaksi antara individu dan lingkungan sekitarnya. Sistem tubuh yang penting ini juga mengatur kebanyakan aktivitas sistem-sistem tubuh lainnya. Karena pengaturan saraf tersebut maka terjalin komunikasi antara berbagai sistem tubuh hingga menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang harmonis. Dalam sistem inilah berasal segala fenomena kesadaran, pikiran, ingatan, bahasa, sensasi dan gerakan.
            Sistem saraf juga berperan dalam iritabilitas atau kemampuan untuk menanggapi rangsangan. Kemampuan khusus seperti iritabilitas, atau sensitivitas terhadap stimulus, dan konduktivitas, atau kemampuan untuk mentransmisi suatu proses terhadap stimulasi, diatur oleh sistem saraf dalam tiga cara utama. yaitu, input sensorik, aktivitas integratif  dan outpur motorik .
            Susunan saraf dibagi atas dua bagian penting yaitu susunan saraf pusat atau sistem serebrospinal dan susunan saraf otonom yang mencakup susunan saraf simpatik dan susunan saraf parasimpatik. Susunan saraf pusat terdiri atas otak, sumsum tulang belakang dan urat-urat saraf atau sarf cabang yang tumbuh dari otak dan sumsum tulang belakang yang disebut urat saraf perifer (urat saraf tepi).                           
            Tubuh manusia terdiri atas berbagai organ tubuh yang memiliki fungsi-fungsi tertentu yang berbeda. Pengaturan atau koordinasi sangat penting untuk mengatur organ-organ tubuh tersbut agar dapat bekerja sama dengan baik, sehingga dalam makalah ini akan dibahas tentang anatomi dan fisiologi sistem persarafan.

1.2. Rumusan Masalah
1.    Bagaimana Anatomi Sistem Persarafan pada manusia?
2.    Bagaimana Struktur dan Fungsi Jaringan Neuron?
3.    Bagaimana Susunan Sistem Saraf dan Klasifikasi Neuron?
4.    Bagaimana Struktur dan Fungsi Medulla Spinalis serta Saraf Spinalis?
5.    Bagimana Lokasi Area Sensorik dan Hubungannya dengan Korteks Serebri?
6.    Apa saja Reseptor – Reseptor Sensorik?
7.    Apa yang dimaksud dengan Sensasi Somatik ( pengaturan umum, sensasi nyeri, nyeri kepala dan suhu)?
8.    Apa yang dimaksud dengan Mata serta Sifat Optik Mata dan bagaimana Fisiologi Penglihatan?
9.    Bagaimana Lokasi Area Motorik dan Berhubungan dengan Korteks serebri?
10.    Apa Fungsi Motorik Medulla Spinalis?
11.    Bagaimana anatomi dan fisiologi Serebelum dan Ganglia Basalis?
12.    Bagaimana anatomi dan fisiologi Korteks Serebri?
13.    Bagaimana Aktivitas Otak ?
14.    Apa yang dimaksud dengan Sistem Saraf Otonom dan bagaimana struktur dan fungsi Saraf Simpatis?
15.    Bagaimana Fisiologi  Aliran Darah Otak, Cairan  Serebrospinal, dan Metabolisme   pada otak?

1.3. Tujuan Penulisan
            Makalah ini ditulis untuk berbagi wawasan serta pengetahuan mengenai bagaimana Anatomi dan Fisiologi Sistem Persarafan pada Manusia,  Susunan Sistem sarafnya serta struktur dan fungsi dari bagian bagian sistem persarafan, dan bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu dasar Keperawatan III ( Anatomi dan Fisiologi)

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Anatomi Sistem Saraf
            Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan serta terdiri terutama dari jaringan saraf. Dalam mekanisme sistem saraf, lingkungan internal dan stimulus eksternal dipantau dan diatur. Kemampuan khusus seperti iritabilitas, atau sensitivitas terhadap stimulus, dan konduktivitas, atau kemampuan untuk mentransmisi suatu respons terhadap stimulasi, diatur oleh sistem saraf dalam tiga cara utama :

1.      Input Sensorik: Sistem saraf menerima sensasi atau stimulus melalui reseptor, yang terletak di tubuh baik eksternal (reseptor somatic) maupun internal (reseptor viseral).
2.      Antivitas Integratif: Reseptor mengubah stimulus menjadi impuls listrik yang menjalar di sepanjang saraf sampai ke otak dan medulla spinalis, yang kemudian akan menginterpretasi dan mengintegrasi stimulus, sehingga respon terhadap informasi bisa terjadi.
3.      Output Motorik: Input dari otak dan medulla spinalis memperoleh respon yang sesuai dari otot dan kelenjar tubuh , yang disebut sebagai efektor.

            Pembagian sistem saraf secara anatomis atau secara struktural dibedakan atas 2 divisi anatomi yaitu :
1.      Sistem Saraf Pusat ( sentral ) terdiri dari otak dan medulla spinalis
 ( sumsum tulang belakang)  yang dilindungi tulang kranium dan kanal vertebral.
2.      Sistem Saraf Perifer meliputi seluruh jaringan saraf lain dalam tubuh. Sistem ini terdiri dari saraf cranial dan saraf spinal.  Yang menghubungkan otak dan medulla spinalis dengan reseptor dan efektor. Secara fungsional sistem saraf perifer terbagi menjadi sistem aferen dan sistem eferen.
a.    Saraf Aferen (sensorik) mentransmisi informasi dari reseptor sensorik ke Sistem Saraf Pusat
b.   Saraf Eferen (motorik) mentransmisi informasi dari SSP ke otot dan kelenjar. Sistem eferen dari sistem saraf perifer memiliki dua subdivisi :
a)   Divisi somatic (volunter) berkaitan dengan perubahan lingkungan eksternal dan pembentukan respons motorik volunter pada otot rangka.
b)   Divisi otonom (involunter) mengendalikan seluruh respon involunter pada otot polos, otot jantung dan kelenjar dengan cara mentransmisi impuls saraf melalui dua jalur .
·      Saraf Simpatis berasal dari area toraks dan lumbal pada medulla spinalis
·      Saraf parasimpatis berasal dari area otak dan sacral pada medulla spinalis.
·      Sebagian besar organ internal di bawah kendali otonom memiliki inervasi simpatis dan parasimpatis.

2.2. Struktur dan Fungsi Jaringan Neuron
            Neuron atau sel saraf adalah unik struktural dan fungsional dari sistem saraf. Neuron mempunyai kemampuan dalam konduktivitas (penghantar) dan kemampuan eksistabilitas (dapat dirangsang), serta kemampuan merespon ransangan dengan sangat baik. Neuron terdiri atas beberapa bagian-bagian yang setiap jenisnya berbeda antara satu dengan yang lain. Di otak terdapat sekitar 100 milliar neuron dan sel  glial. Neuron berkomunikasi melalui persimpangan neuron yang disebut sinapsis. 
            Bagian - bagian Sel Saraf (Neuron) adalah sebagai berikut:
1.      Badan Sel atau Perikarion, yaitu suatu neuron yang mengendalikan metabolisme keseluruhan neuron serta berfungsi untuk menerima impuls (ransangan) dari dendrit dan meneruskan ke Akson (neurit). Bagian ini tersusun dari komponen berikut :
a.      Satu nucleus tunggal, nucleolus yang menanjol dan organel lain seperti kompleks golgi dan mitokondria, tetapi nucleus ini tidak memiliki sentriol dan tidak dapat bereplikasi.
b.      Badan nissl, terdiri dari reticulum endoplasma kasar dan ribosom-ribosom bebas serta berperan dalam sintesis protein.
c.       Neurofibril, yaitu neurofilamen dan neurotubulus yang dapat dilihat melalui mikroskop cahaya jika diberi pewarnaan dengan perak.
2.      Dendrit, adalah perpanjangan sitoplasma yang biasanya berganda dan pendek, serta berfungsi dendrit berfungsi untuk menghantar impuls ke sel tubuh. Permukaan dendrit penuh dengan Spina dendrit yang dikhususkan untuk berhubungan dengan neuron lain.
3.      Akson, adalah suatu prosesus tunggal, yang lebih tipis dan lebih panjang dari dendrit. Bagian ini menghantar impuls menjauhi badan sel ke neuron lain, ke sel lain (sel otot atau kelenjar) atau ke badan sel neuron yang menjadi asal akson. Akson memiliki bagian-bagian spesifik. Bagian-bagian akson adalah sebagai berikut:
a.         Neurofibril : Neurofibril adalah bagian terdalam dari akson, berupa serabut-serabut halus. Bagian-bagian pada akson inilah yang mempunya tugas pokok atau funsi yaitu untuk meneruskan impuls
b.        Selubung Mielin : Selubung mielin merupakan bagian yang tersusun atas sel-sel pipih yang juga disebut dengan sel Schwann. Selubung Mielin adalah bagian paling luar dari akson. Fungsi Selubung Mielin adalah untuk melindungi akson. Selain dari itu, selubung mielin memberikan nutrisi dan bahan-bahan yang diperlukan untuk mempertahankan kegiatan dari akson
c.         Nodus Ranvier : Nodus ranvier adalah bagian akson yang menyempit dan tidak dilapisi oleh selubung mielin. Bagian dari akson ini tersusun dari sel-sel pipih. Dengan adanya bagian-bagian ini, nodus ranvier terlihat seperti berbuku-buku. Fungsi nodus ranvier adalah sebagai loncatan untuk mempercepat impuls saraf ke otak atau sebaliknya. 
4.      Sel Schwann : Sel Schwann merupakan sel yang menjadi pembungkus selubung mielin. Sel Schwann memiliki fungsi untuk menghasilkan lemak berkali-kali hingga terbentuklah selubung mielin. Fungsi dari sel schwann sendiri adalah untuk mempercepat pergerakan rangsangan, membantu dalam menyediakan persediaan makanan untuk akson dan juga membantu neurit dalam melakukan regenerasi.


2.3. Susunan Sistem Saraf dan Klasifikasi Neuron
           
·         Susunan Sistem Saraf
            Susunan sistem saraf manusia tersusun dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Sedangkan sistem saraf tepi terdiri atas sistem saraf somatis dan sistem saraf otonom.

1.    SSP (Sistem Saraf Pusat)
a.    Otak
            Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting dan sebagai pusat pengatur dari segala kegiatan manusia. Otak terletak di dalam rongga tengkorak, beratnya lebih kurang 1/50 dari berat badan. Bagian utama otak adalah otak besar (Cerebrum), otak kecil (Cerebellum), dan batang otak. Otak dibagi menjadi beberapa bagian, di antaranya adalah cerebrum, mesenchepalon, dienchephalaon, thalamus, lobus frontalis, lobus temporalis, lobus parientalis, lobus oksipitalis,  pons varoli, hipotalamus, ganglia basalis.
            Otak dilapisi oleh selaput otak yang disebut selaput meninges. Selaput meninges terdiri dari 3 lapisan, yaitu lapisan durameter, lapusan araknoid, dan lapisan piameter.
1.      Lapisan durameter yaitu lapisan yang terdapat di paling luar dari otak dan bersifat tidak kenyal. Lapisan ini melekat langsung dengan tulang tengkorak. Berfungsi untuk melindungi jaringan-jaringan yang halus dari otak dan medula spinalis.
2.      Lapisan araknoid yaitu lapisan yang berada dibagian tengah dan terdiri dari lapisan yang berbentuk jaring laba-laba. Ruangan dalam lapisan ini disebut dengan ruang subaraknoid dan memiliki cairan yang disebut cairan serebrospinal. Lapisan ini berfungsi untuk melindungi otak dan medulla spinalis dari guncangan.
3.      Lapisan piameter yaitu lapisan yang terdapat paling dalam dari otak dan melekat langsung pada otak. Lapisan ini banyak memiliki pembuluh darah. Berfungsi untuk melindungi otak secara langsung.
             
2. SST (Sistem Saraf  Tepi/Perifer)
            Sistem saraf tepi merupakan sistem saraf yang  menghubungkan semua bagian  tubuh dengan sistem saraf pusat. Ada 2 sistem saraf tepi yaitu:
a.      Sistem saraf sadar/somatic
            Sistem saraf sadar/somatik merupakan sistem saraf yang  kerjanya berlangsung secara sadar/diperintah oleh otak.  Bedakan menjadi dua yaitu:
1.    Sistem saraf pada otak, merupakan sistem saraf yang berpusat pada otak dan dibedakan menjadi 12 pasang saraf,
2.    Sistem saraf sumsum spinalis, merupakan sistem saraf yang berpusat pada medula spinali (sumsum tulang belakang) yang berjumlah 31 pasang saraf yang terbagi sepanjang medula spinalis. 31 pasang saraf medula spinalis.

b.      Sistem Saraf Tak Sadar
            Sistem saraf otonom, mengatur kerja jaringan dan organ tubuh yang tidak disadari atau yang tidak dipengaruhi oleh kehendak kita. Jaringan dan organ tubuh diatur oleh sistem saraf otonom adalah pembuluh darah dan jantung. Sistem saraf otonom terdiri atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik.
1.    Sistem saraf simpatik, Disebut juga sistem saraf torakolumbar, karena saraf preganglion keluar dari tulang belakang toraks ke-1 sampai dengan ke-12. Sistem saraf ini berupa 25 pasang ganglion atau simpul saraf yang terdapat di sumsum tulang belakang. Fungsi dari sistem saraf simpatik adalah untuk mempercepat denyut jantung, memperlebar pembuluh darah, memperlebar bronkus, mempertinggi tekanan darah, memperlambat gerak peristaltis, memperlebar pupil, menghambat sekresi empedu, menurunkan sekresi ludah, dan meningkatkan sekresi adrenalin.
2.    Sistem saraf parasimpatik, disebut juga dengan sistem saraf kraniosakral, karena saraf preganglion keluar dari daerah otak dan daerah sakral. Susunan saraf parasimpatik berupa jarring-jaring yang berhubung-hubungan dengan ganglion yang tersebar di seluruh tubuh. Urat sarafnya menuju ke organ tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf simpatik. Sistem saraf parasimpatik memiliki fungsi yang berkebalikan dengan fungsi sistem saraf simpatik. Misalnya pada sistem saraf simpatik berfungsi mempercepat denyut jantung, sedangkan pada sistem saraf parasimpatik akan memperlambat denyut jantung(Suyitno, 2007: 34-40)

·         Klasifikasi Neuron:
            Neuron diklasifikasi secara fungsional berdasarkan arah transmisi impulsnya yaitu:
1.    Neuron Sensorik (aferen) menghantarkan impuls listrik dari reseptor pada kulit, organ indera atau suatu organ internal ke sistem saraf pusat.
2.      Neuron Motorik menyampaikan impuls dari sistem saraf pusat ke efektor.
3.      Interneuron (neuron yang berhubungan) ditemukan seluruhnya dalam sistem saraf pusat. Neuron ini menghubungkan neuron sensorik dan motorik atau menyampaikan informasi ke interneuron lain.
        Neuron diklasifikasi secara structural berdasarkan jumlah prosesusnya yaitu :
1.    Neuron Multipolar memiliki satu akson dan dua denderit atau lebih. Sebagian besar neuron motorik, yang ditemukan dalam otak dan medulla spinalis, masuk dalam golongan ini.
2.    Neuron Bipolar memiliki satu akson dan satu dendrit. Neuron ini ditemukan pada organ indera, seperti mata, telinga, dan hidung.
3.    Neuron Unipolar kelihatannya memiliki sebuah prosesus tunggal, tetapi neuron ini sebenarnya bipolar.


2.4. Struktur dan Fungsi Medulla Spinalis serta Saraf Spinalis ( Spinal Cord)
            Sumsum tulang belakang (medulla spinalis) merupakan perpanjangan dari sistem saraf pusat. Seperti halnya dengan sistem saraf pusat yang dilindungi oleh tengkorak kepala yang keras, sumsum tulang belakang juga dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. Sumsum tulang belakang memanjang dari pangkal leher, hingga ke selangkangan.
Bila sumsum tulang belakang ini mengalami cidera ditempat tertentu, maka akan mempengaruhi sistem saraf disekitarnya, bahkan bisa menyebabkan kelumpuhan di area bagian bawah tubuh, seperti anggota gerak bawah (kaki).
·         Anatomi Sumsum Tulang Belakang
Secara anatomis, sumsum tulang belakang merupakan kumpulan sistem saraf yang dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. Sumsum tulang belakang atau biasa disebut medulla spinalis ini, merupakan kumpulan sistem saraf dari dan ke otak. Secara rinci, ruas-ruas tulang belakang yang melindungi sumsum tulang belakang ini adalah sebagai berikut:
            Sumsum tulang belakang terdiri dari 31 pasang saraf spinalis yang berawal dari korda melalui radiks dorsal (posterior) dan ventral (anterior). Pada bagian distal radiks dorsal ganglion, dua radiks bergabung membentuk satu saraf spinal. Semua saraf tersebut adalah saraf gabungan (motorik dan sensorik), membawa informasi ke korda melalui neuron aferen dan meninggalkan korda melalui neuron eferen. 31 pasang saraf spinalis terdiri dari :
1.    Vertebra Servikalis ( ruas tulang leher ) yang berjumlah 7 buah dan membentuk daerah tengkuk.
2.    Vertebra Torakalis ( ruas tulang punggung ) yang berjumlah 12 buah dan membentuk bagian belakang torax atau dada.
3.    Vertebra Lumbalis ( ruas tulang pinggang ) yang berjumlah 5 buah dan membentuk daerah lumbal atau pinggang.
4.    Vertebra Sakralis ( ruas tulang kelangkang ) yang berjumlah 5 buah dan membentuk os sakrum (tulang kelangkang).
5.    Vertebra koksigeus ( ruas tulang tungging ) yang berjumlah 4 buah dan membentuk tulang koksigeus (tulang tungging)




·         Fungsi Sumsum Tulang Belakang
Secara fungsi, sumsum tulang belakang bekerja secara sadar dan tak sadar (saraf otonom). Sumsum tulang belakang yang bekerja secara sadar di atur oleh otak sedangkan sistem saraf tidak sadar (saraf otonom) mengontrol aktivitas yang tidak diatur oleh kerja otak seperti denyut jantung, sistem pencernaan, sekresi keringat, gerak peristaltic usus, dan lain-lain. Selain itu fungsi sumsum tulang belakang adalah sebagai berikut:
1.    Menghubungkan sistem saraf tepi ke otak. Informasi melalui neuron sensori ditransmisikan dengan bantuan interneuron (impuls saraf dari dan ke otak).
2.    Memungkinan jalan terpendek dari gerak refleks. Sehingga sumsum tulang belakang juga biasa disebut saraf refleks.
3.    Mengurusi persarafan tubuh, anggota badan dan kepala

2.5. Lokasi Area Sensorik dan Hubungannya dengan Korteks Serebri
            Dalam area fungsional korteks serebri terdapat area sensorik korteks yang terdiri dari:
1.    Area Sensorik Primer, terdapat dalam girus postsentral disini neuron menerima informasi sensorik umum yang berkaitan dengan nyeri, tekanan, suhu, sentuhan, dan propriosepsi dari tubuh.
2.    Area Visual Primer, terletak dalam lobus oksifital dan menerima informasi dari retina mata.
3.    Area Auditori Primer, terletak pada tepi atas lobus temporal , menerima implus saraf yang berkaitan dengan pendengaran.
4.    Area Olfaktori Primer, terletak pada permukaan medial lobus temporal, berkaitan dengan  indera penciuman.
5.    Area Pengecap Primer (Gustatory), terletak dalam lobus parletal dekat bagian inferior girus postsentral , terlibat dalam persepsi rasa.



2.6.  Reseptor – Reseptor Sensorik
            Input ke sistem saraf diberikan oleh reseptor sensorik yang mendeteksi rangsangan sensorik seperti sentuhan, suara, cahaya, dingin, dan hangat. Mekanisme dasar reseptor ini mengubah rangsangan sensorik menjadi isyarat saraf sebagaimana rangsangan sensorik dan kekuatan dideteksi oleh otak. Reseptor merupakan sel atau jaringan dengan kekhususan tinggi. Dengan alat ini sistem saraf mendeteksi perubahan berbagai bentuk energi di lingkungan dalam dan lingkungan luar. Reseptor ini dapat diklasifikasikan berdasarkan sumber stimulus yang memperngaruhi ujung reseptor, jenis sensasi yang terdeteksi reseptor, distribusi reseptor, atau ada tidaknya lapisan pada ujung reseptor.
1.    Sumber ( lokasi ) sensasi
a.      Eksteroseptor: Sensitif terhadap stimulus eksternal, terhadap tubuh dan terletak pada atau di dekat permukaan tubuh. Misalnya, sentuhan, tekanan, nyeri pada kulit dan suhu, penciuman, penglihatan, serta pendengaran.
b.      Proprioseptor: Terletak dalam tubuh dalam otot, tendon, dan persendian, juga mencakup reseptor ekuilibrium pada area telinga dalam. Jika distimulasi, bagian tersebut akan menyampaikan kesadaran akan posisi bagian tubuh, besarnya tonus otot, dan ekuilibrium.
c.       Interoseptor: Dipengaruhi oleh stimulus yang muncul dalam organ viseral dan pembuluh darah yang memiliki inervasi motorik dari SSO. Contohnya adalah stimulus yang tejadi akibat perubahan selama proses digesti, eksresi, dan sirkulasi.

2.    Jenis Reseptor Sensorik
a.      Mekanoreseptor, reseptor mekanik dari berbagai kelompok reseptor sensorik yang mendeteksi perubahan bentuk reseptor atau sel di dekat reseptor ( misalnya, kulit, otot rangka, persendian, dan organ viseral ).
b.      Termoreseptor, mendeteksi perubahan suhu. Beberapa reseptor mendeteksi suhu dingin dan panas yang merupakan aliran saraf bebas dalam kulit dan sensitif akan berubahan suhu dalam darah
c.       Nosiseptor, mendeteksi nyeri, biasanya disebabkan kerusakan fisik maupun kerusakan kimia , terdapat hipotalamus otak.
d.      Reseptor Elekromaknetik, mendeteksi perubahan cahaya pada retina mata. Perubahan cahaya akan membuat perubahan gelombang spektrum elektromaknetik.
e.       Kemoreseptor, mendeteksi pengecapan dalam mulut, bau dalam hidung, kadar oksigen dalam darah arteri, osmolitas cairan tubuh , konsentrasi karbondioksida, dan faktor bahan kimia tubuh.

3.    Distribusi Reseptor
a. Penginderaan Umum: Mengacu pada informasi dari tubuh sebagai satu kesatuan.
a.   Penginderaan Khusus: Mengacu pada organ indera yang terletak dalam kepala.
4.    Ujung Reseptor Sensorik
               Biasanya terbagi menjadi 2 yaitu :
a.   Ujung Saraf Bebas: tidak memiliki lapisan selular dan terdapat dalam kulit, jaringat ikat, dan pembuluh darah. Saraf ini merasakan nyeri, sentuhan ringan, dan suhu.
b.   Ujung Saraf Berkapsul: terbungkus dalam bermacam jenis kapsul dan terletak di kulit, otot, tendon, persendian, dan organ tubuh. Reseptor berikut ini berkapsul:
a)      Korpuskel Pacinian, mendeteksi stimulus dan tekanan vibratori. Korpuskel ini banyak terdapat pada jari tangan, genetalia ekternal, dan payudara.
b)     Korpuskel Meissner dan Diskus Merkle, mendeteksi sentuhan.
c)      Korpuskel Ruffini, responsif terhadap tegangan di sekitar jaringan ikat dan memantau tekanan. Korpuskel ini ditemukan terutama pada permukaan palntar kaki.
d)     Ujung Bulbus Krause, tipis berkapsul dan dipercaya berkontribusi terhadap tekanan sentuhan, kesadaranakan posisi dan kesadaran akan gerakan.
e)      Spindel Neuromuskular, memantau tonus otot (regangan dan tegangan ) dalam otot dan organ tendon golgi memantau tegangan dalam tendon.

2.7. Sensasi Somatik ( pengaturan umum, sensasi nyeri, nyeri kepala dan suhu)  

·         Sensasi Somatik
            Kemampuan seseorang untuk mendiagonis berbagai penyakit bergantungan pada pengetahuan mengenai berbagai sifat berbagai sifat rasa nyeri, dan bagaimana nyeri dapat di alihkan Dari suatu bagian tubuh yang lain. nyeri adalah suatu mekanisme protektif bagi tubuh yang timbul bila jaringan sedang rusak yang menyebabkan individu bereaksi untuk menghilangkan rasa nyeri tersebut.
            Sifat nyeri:
1.      Nyeri tertusuk: Bila suatu jarum ditusukkan kedalam kulit dirasakan daerah kulit mengalami iritasi kuat.
2.      Nyeri terbakar: Nyeri yang dirasakan bila kulit terbakar merupakan jenis nyeri yang paling kuat menyebabkan penderitaan.
3.      Pegal; Suatu nyeri dalam dengan berbagai  tingkat gangguan dan intensitas rendah di daerah tubuh yang tersebar luas dapat, bersatu menjadi suatu sensasi yang sangat tidak enak.
             Reseptor nyeri didalam kulit dan jaringan merupakan ujung saraf bebas yang tersebar luas dalam lapisan superfisial kulit. Jaringan dalam tertentu tidak dipersarafi secara luas oleh ujung tetapi mendapatkan persarafan yang lemah. Setiap kerusakan jaringan yang tersebar menyebabkan pegal pada saerah ini.           Perangsangan sangat ringan pada ujung saraf nyeri bila dihambat dengan anastesi atau dengan menekan saraf fenomena geli atau gatal akan lenyap. Sensasi gatal dapat dibangkitkan melalui reflex menggaruk dan berkurangnya gatal dapat bangkitkan melalui  refleks menggaruk dan berkurangnya gatal dapat terjadi dengan menggaruk,garukan yang kuat menimbulkan rasa nyeri.
            Nyeri dari berbagai visera perut dan ada merupakan salah satu dari beberapa kriteria yang digunakan untuk mendiagnosis penyakit, peradangan dan gangguan visera lain. Pada umumnya visera tidak mempunyai reseptor sensoris untuk modalitas sensasi selain nyeri. Nyeri viseral berbeda dengan nyeri permukaan. Jenis kerusakan sangat teralokasi, pada visera jarang menyebabkan nyeri hebat.
            Pada permukaan visera, spasme otot polos dalam suatu visera berongga menyebabkan peregangan ligamentum. Isyarat nyeri berasal dari rongga dada atau rongga perut dihantarkan melalui serabut saraf sensoris yang berjalan dalam simpatis nyeri spastik dalam bentuk kejang dan terjadi secara ritmis, tiap beberapa menit menyebabkan nyeri otot iskemik.
            Nyeri kepala merupakan nyeri alihan ke permukaan kepala dari struktur-struktur dalam otot kepala. Sebagai besar nyeri kepala bukan karena kerusakan di dalam otak, sebaiknya tarikan pada sinus venosus dan kerusakan membran yang menutupi otak dapat menyebabkan nyeri hebat yang dikenal sebagai nyeri kepala.
            Macam-macam nyeri kepala:
1.    Nyeri kepala pada meningitis: Salah satu nyeri kepala terhebat yang disebabkan oleh penyakit meningitis (peradangan selaput otak).
2.    Nyeri kepala migren: Nyeri kepala jenis khusus yang disebabkan fenomena vaskuler, hilangkanya lapangan penglihatan, aura visceral, atau halusinasi sensoris lain.
3.    Nyeri kepala alkoholik: Terjadi setelah minuman keras alcohol, menimbulkan toksik terhadap jaringan langsung mengiritasi dan menyebabkan nyeri serebral.
4.    Nyeri kepala konstipasi: Akibat dari produksi toksik diabsorpsi yang menimbulkan perubahan dalam sistem sirkulasi,kehilangan plasma untuk sementara waktu dalam dinding usus, dan buruknya aliran darah ke kepala menimbulkan nyeri kepala.
5.    Nyeri kepala karena iritasi struktur hidung: Membran mukosa hidung dan sinus nasal iritasi menyebabkan nyeri alih ke belakang mata, permukaan frontal dahi, dan kulit kepala
6.    Nyeri kepala gangguan mata: Kesulitan dalam memfokuskan mata menyebabkan kontraksi berlebihan otot silaris berusaha mendapatkan penglihatan yang lebih jelas meskipun otot ini sangat kecil kontraksi tonik menjadi penyebab nyeri kepala retro-orbital.

·         Sensasi Suhu
            Manusia dapat merasakan berbagai gradasi dingin dan gradasi panas, progresif dingin dari sejuk ke dingin sampai membekukan, progresif panas dari hangat ke panas membakar. Tingkatan suhu dibedakan oleh tiga jenis organ akhir yaitu reseptor dingin, reseptor hangat, dan dua subtipe reseptor nyeri (reseptor nyeri dingin dan reseptor nyeri panas). Reseptor dingin dan reseptor hangat terletak tepat di bawah kulit. Pada titik yang terpisah masing-masing mempunyai diameter stimulasi sekitar 1mm. Pada bagian terbesar tubuh jumlah reseptor hangat tiga kali jumlah reseptor dingin.
            Bila suatu reseptor suhu mengalami perubahan tiba-tiba ia menjadi terangsang dengan kuat tetapi perangsangan ini menghilang dengan cepat . Pada menit pertama secara progresif lebih lambat selama setengah jam berikutnya beradaptasi tetapi tidak seluruhnya. Bila suhu kulit turun secara aktif, orang merasa jauh lebih dingin, jika suhu meningkat secara aktif ia merasa jauh lebih hangat dari pada yang dirasakan pada suhu yang sama.
           
Reseptor suhu terangsang oleh perubahan kecepatan metabolik, karena suhu mengubah kecepatan reaksi kimia intrasel 2 kali untuk tiap perubahan suhu 10 derajat Celcius. Deteksi suhu mungkin tidak disebabkan oleh perangsangan tidak langsung, tetapi perangsangan kimia dari ujung saraf tersebut karena diubah oleh suhu.
            Isyarat suhu ditransmisikan dalam lintasan yang hampir sama dengan nyeri, dengan memasuki medulla spinalis. Isyarat dihantarkan oleh beberapa segmen ke atas atau ke bawah, kemudian diproses neuron medulla spinalis, akhirnya memasuki serat s4h4 yang panjang menyeberang ke traktus spinotalamikus ke antekolateralis. Beberapa isyarat dihantarkan ke korteks somestetik dari kompleks ventrobasal suatu neuron dalam daerah sensoris somestetik yang bereaksi terhadap rangsangan dingin dan hangat dalam daerah kulit tertentu.
2.8.  Mata ( Sifat Optik Mata dan Fisiologi Penglihatan )
            Mata adalah sistem optik yang memfokuskan berkas cahaya pada fotoreseptor , yang mengubah energi cahaya menjadi implus saraf.
a.    Struktur Mata
1.      Lapisan terluar yang keras pada bola mata adalah tunika fibrosa. Bagian posterior tunika fibrosa adalah sklera opaque yang berisi jaringan ikat fibrosa putih.
a.      Sklera memberi bentuk pada bola mata dan memberikan tempat perlekatan untuk ekstrinsik.
b.     Kornea adalah perpanjangan anterior yang transparan pda sklera di bagian depan mata. Bagian ini mentransmisi cahaya dan memfokuskan berkas cahaya.
2.      Lapisan tengah bola mata disebut tunika vaskular ( uvea ), dan tersusun dari :
a.    Lapisan Koroid, adalah bagian yang sangat terpigmentasi untuk mencegah refleksi internal berkas cahaya. Bagian ini juga sangat tervaskularisasi untuk memberikan nutrisi pada mata, dan elastik sehingga dapat menarik ligamen suspensori.
b.   Badan Siliaris, suatu penebalan di bagian anterior lapisan koroid, mengandung pembuluh darah dan otot siliaris. Otot meleka pada ligamen suspensorik, tempat perlekatan lensa. Otot ini penting dalam akomodasi penglihatan, atau kemampuan untuk mengubah fokus dari objek berjarak jauh ke objek nberjarak dekat di depan mata.
c.    Iris, merupakan perpanjangan sisi anterior koroid, dan merupakan bagian mata yang berwarna bening. Bagian ini terdiri dari jaringan  ikat dan otot radialis serta sirkulasi yang berfungsi untuk mengendalikan diameter pupil.
d.   Pupil, adalah ruangan terbuka yang bulat dan iris yang harus dilalui cahaya untuk dapat masuk ke interior mata.
3.      Lensa, adalah struktur bikonveks yang bening tepat di belakang pupil. Elastisitasnya sangat tinggi, suatu sifat yang akan menurun seiring proses penuaan.
4.      Rongga mata, lensa memisah interior mata menjadi dua rongga yaitu rongga interior dan rongga posterior.
a.    Rongga Anterior terbagi menjadi dua ruang
1.      Ruang anterior terletak di belakang kornea dan di depan iris dan Ruang Posterior terlatak di depan lensa dan di belakang iris.
2.      Ruang tersebut berisi aqueous humor, suatu cairan bening yang diproduksi prosesus siliaris untuk mencukupi kebutuhan nutrisi lensa dan kornea. Aqueous mengalir ke saluran Schlemm dan masuk ke sirkulasi darah vena.
3.      Tekanan intraokular, pada aqueous humor penting untuk mempertahankan bentuk bola mata. Jika aliran aqueous humor terhambat , tekanan akan meningkat dan mengakibatkan kerusakan penglihatan , suatu kondisi yang disebut glaukoma.
b.   Rongga Posterior,  terletak di anatara lensa dan retina dan berisi viterus humor. Semacam gel transparan yang juga berperan untuk mempertahankan bentuk bola mata dan mempertahankan posisi retina terhadap kornea.
5.      Retina (lapisan dalam mata),  adalah lapisan yang tipis dan transparan. Lapisan ini terdiri dari lapisan terpigmentasi luar, da lapisan jaringan saraf dalam.
a.    Lapisan terpigmentasi luar: pada retina melekat pada lapisan koroid . lapisan ini lapisan tngga sel epitel kuboidal yang mengandung pigmen melanin dan berfungsi untuk menyerap cahaya berlebih dan mencegah refleksi internal berkas cahaya yang melalui bola mata. Lapisan ini juga menyimpan vitamin A.
b.   Lapisan jaringan saraf dalam ( optikal ),  yang terletak bersebelahan dengan lapisan terpigmentasi , adalah struktur kompleks yang terdiri dari berbagai jenis neuron yang tersusun  dalam sedikitnya sepuluh lapisan terpisah.
1)   Sel batang dan Kerucut,  adalah reseptor fotosensitif yang terletak berdekatan dengan lapisan terpigmentasi.
2)   Neuron Bipolar, membentuk lapisan tengah dan menghubungkan sel batang dan sel kerucut ke sel – sel ganglion.
3)   Sel ganglion, mengandung akson yang berhubungan pada regia khusus dalam retina untuk membentuk saraf optik
4)   Sel Horizontal dan Amakrin,  merupakan sel lain yang ditemukan dalam retina. Sel ini berperan untuk menghubungkan sinaps – sinaps lateral.
5)   Cahaya masuk melalui lapisan ganglion, lapisan bipolar, dan badan sel batang serta kerucut untuk menstimulasi prosesus dendrit dan memicu impuls daraf. Kemudian impuls saraf menjalar dengan arah terbalik melalui kedua lapisan sel saraf.
c.    Bintik Buta ( diskus optik ), adalah titik keluar saraf optik. Karena tidak ada fotoreseptor pada area ini, maka tidak ada sensasi penglihatan yang terjadi saat cahaya jatuh ke area ini.
d.   Lutea buta, adalah area kekuningan yang terletak agak lateral terhadap pusat.
e.    Fovea Makula, adalah pelekukan sentral makula yang tidak memilik sel batang dan hanya mengandung sel kerucut. Bagian ini adalah pusat visual mata, bayangan yang terfokus disini akan diinterpretasi dengan jelas dan tajam oleh otak.
f.     Jalur visula ke otak
1)   saraf optik terbentuk fari akson sel – sel ganglion yang keluar dari mata dan bergabung tepat di sisi superior kelenjar hipofisis membentuk kiasma optik.
2)   Pada kiasma optik, serabut neuron yang berasal dari separuh bagian temporal ( lateral ) setiap retina tetap berada di sisi yang sama sementara serabut neuron yang ebrasal dari separuh bagian nasal ( medial ) setiap retina menyilang ke sisi yag berlawanan.
3)   Setelah kiasma optik, serabut akson membentuk traktus optik yang memanjang untuk bersinapsis dengan neuron dalam nuklei genikulasi lateral talamus. Aksonnya menjalar ke korteks lobus oksipital.
4)   Sebagian akson berhubungan dengan kolikuli superior, okulomotorik, dan nuklei pratektumuntuk berpartisipasi dalam refleks  pupilaris dan siliaris.



b.   Karakteristik atau Sifat Optik Mata
1.       Refraksi, adalah defleksi, atau pembelokan , berkas sinar saat melewati salah satu medium menuju medium lain yang memiliki densitas optik berbeda. Semakin koveks suatu permukaan , maka akan semakin reflaktif dayanya.
a.    Kornea: bertanggung jawab untuk sekitar 70% daya refraktif dan merupakan alat penyesuaian kasar pada mata
b.   Lensa:  berperan dalam sebagian besar aktivitas refraktif yang tersisa dan merupakan alat penyesuaian halus pada mata.
c.    Cairan aquosus dan vitreus:  bertanggung jawab untuk refraksi minimal.
2.    Akomondasi: adalh proses penyesuaian otomatis pada lensa untuk memfokuskan objek secara jelas pada jarak yang beragam.
a.    Lensa Konveks (tebal di tengah dan tipis di perifer) lebih bundar, mengumpulkan berkas sinar, dan fokusnya pada objek yang dekat.
b.   Lensa konkaf (tipis di tengah dan tebal di perifer) membiaskan berkas sinar, mendatar dan fokusnya pada objek berjarak jauh.
c.    Pada emetropia atau akomodasi normal , kontraksi otot siliaris mengurangi tarikan ligamen suspensorik pada lensa, yang kemudian menonjol ke luar sehingga semakin konveks , atau membulat untuk penglihatan dekat. Relaksasi otot siliaris memperkuat tarikan ligamen suspensorik pada lensa, sehingga semakin memipihkan lensa untuk penglihatan jauh.
d.   Daya akomodasi: suatu refleks tak sadar, akan menurun seiring pertambahan usia akibat penurunan elastisitas lensa, yang tidak dapat menonjol ke luar lagi sebanyak di usia muda. Kondisi seperti ini disebut presbiopia dan diperbaiki dengan lensa bifocal.
e.    Konvergensi: bola mata saat mengamati objek yang dekat membantu proses akomodasi dengan memastikan bahwa bayangan dalam kedua mata jatuh pada bagian koresponden retina.
f.     Konstriksi pupil: juga terjadi secara refleks salam proses akomodasi untuk menampilkan berkas sianr yang paling terbias pada layar dan memungkinkan pembentukan bayangan yang jelas pada retina.
3.    Defek Visual
a.    Miopi ( rabun dekat )
1.      Bola mata yang memiliki daya refraktif terlalu panjang, atau sistem lensa yang terlalu kuat, menyebabkan fokus bayangan jatuh pada titik di depan retina.
2.      Akibatnya adalah rabun dekat disebut demikian karena mata hanya dapat berfokus pada objek yang dekat.
3.      Miopia diperbaiki dengan lensa konkaf yang diletakkan di depan mata, sehingga didapatkan  refraksi yang cukup untuk memfokuskan objek berjarak jauh ke retina
b.   Hiperopia ( rabun jauh )
1.      Bola mata dengan sistem lensa yang terlalu pendek atau terlalu lemah mengakibatkan bayangan jatuh dibelakang retina. Sehingga penglihatan buram terhadap objek yang berjarak dekat.
2.      Hiperopia diperbaiki dengan lensa konveks yang diletakkan di depan mata sehingga fokus benda jatuh pada retina
c.    Astigmatisme
1.      Jika lengkungan kornea atau lensa tidak seimbang, berkas sinar yang melewati juga tidak terefraksi dengan merata sehingga bayangan menjadi buram di salah satu lempeng.
2.      Astigmatisme dapat diperbaiki dengan lensa khusus yang memiliki lengkung perbaikan berbeda untuk lempeng yang tepat.

c.    Fisiologi penglihatan
1.    Rodopsin (visual unggu) adalah pigmen yang terkandung dalam sel batang yang memiliki dua sub-unit.
a.    Retinal, disebut juga retinen atau retinaldehid, disintesis dari vitamin A. zat ini ada dalam dua bentuk isomer; sebuah 11-cis-retinal bengkok dan sebuah all-trans retinal lurus.
b.    Opsin atau skotopsin, adalah protein dalam ikatan kimia lemah dengan 11-cis-retinal.
2.    Pemutihan rodopsin darin unggu menjadi merah muda terjadi saat cahaya masuk ke retina. Cahaya menyebabkan 11-cis-retinal yang berkaitan dengan opsin berubah bentuk menjadi  bentuk all-trans, sehingga bentuk tersebut terlepas dari opsin.
a.    Pemisahan opsin dan retinal memicu potensial saraf dalam sel batang (reseptor), yang menyebabkan stimulasi sel-sel bipolar dan ganglion retina. Stimulasi ini ditransmisi ke otak melalui saraf optik.
b.    Tidak seperti membrane sel saraf lainnya, saluran Na + pada membran sel batang akan terbuka jika tidak ada stimulasi (cahaya). Dengan demikian, dalam gelap, aliran masuk Na+ akan mengakibatkan depolarisasi dan pelepasan transmiter inhibitorik. Neuron bipolar dan sel ganglion tidaknterstimulasi.
c.    Jika sel batang stimulasi oleh cahaya, pelepasan Ca++  dari dalam sel batang menyebabkan saluran Na+ menutup.  Karena konduksi Na+ menurun, maka bagian sel menjadi semakin negatif. Atau hiperpolarisasi. Pelepasan transmiter inhibitorik berkurang dan sel-sel bipolar berdepolarisasi.
d.   Potensial aksi terjadi akibat hiperpolarisasi membrane bukan akibat depolarisasi membran.
3.    Resintesis rodopsin terjadi dalam gelap, yaitu saat semua all-trans retinal diubah kembali menjadi 11-cis-retinal dan berikatan dengan opsin. Reaksi ini membutuhkan energi dan enzim.
4.    Sel batang berfungsi dalam intensitas cahaya rendah karenanya reaksi ptihan hanya membutuhkan sedikit cahaya.
5.    Adaptasi terhadap gelap dan terang adalah penyesuaian penglihatan secara otomatis terhadap intensitas cahaya yang memasuki nretina saat bergerak dari tempat gelap ke tempat terang atau sebaliknya.
a.    Waktu yang dibutuhkan untuk adaptasi terhadap kegelapan (kemampuan melihat dalam cahaya redup) sebagian ditentukan dari waktu yang dibutuhkan untuk meresintesis dan mengumpulkan cadangan rodopsin.
b.    Dalam cahaya terang, semua rodopsin yang akan terurai dengan cepat dan hanya tersisa sedikit untuk membentuk potensial aksi dalam sel batang; mata disebut beradaptasi         terhadap terang. Waktu yang dibutuhkan untuk adaptasi terang dari cahaya remang adalah sekitar 20 menit.
c.    Sintesis rodopsin dan iodopsin (pigmen pada sel kerucut) membutuhkan vitamin A suatu           prekursor untuk retinal.
d.   Kekurangan asupan vitamin A dapat menyebabkan abnormalitas penglihatan akbat          degenerasi sel batang dan kerucut.
1)      Rabun senja, suatu kondisi yang sensitivitasnya terhadap cahaya ber24rang, biasanya terjadi pada tahap awal defisiensi vitamin A. Hal ini paling jelas terlihat pada malam hari ketika hanya ada sedikit cahaya untuk penglihatan yang adekuat.
2)      Defisiensi vitamin A berkepanjangan juga mempengaruhi sel kerucut. Pengobatan dengan vitamin A dapat mengembalikan fungsi retinal jika sel batang dan sel kerucut belum rusak.
3)      Vitamin B juga berperan penting untuk mendukung fungsi sempurna retina dan semua jaringan saraf.
e.    Adaptasi terhadap gelap dan terang juga melibatkan refleks pupilaris, untuk menentukan banyak sedikitnya cahaya yang memasuki bagian interior mata.

6.    Penglihatan warna
a.     Setiap mata mengandung 6 sampai 7 juta sel kerucut bipolar yang bertanggung jawab untuk kejelasan pandangan dan penglihatan warna.
b.    Sel kerucut mengandung iodopsin, yaitu retinal yang terikat pada opsin yang berada dengan opsin dalam sel batang.
c.     Iodopsin ini bisa saja bersifat sensitif-biru, sensitif-merah, ata4 sensitif-hijau, sehingga setiap sel kerucutb memiliki sensitivitas selektif untuk membedakan warna.
d.    Proses dekomposisi pigmen dalam sel batang untuk membentuk potensial aksi juga terjadi dalam sel kerucut. Karena pigmen iodopsin tidak merespons dalam cahaya yang redup, maka sel kerucut hanya dapat berfungsi dalam cahaya yang terang.

2.9.   Lokasi Area Motorik dan Berhubungan dengan Korteks serebri
            Area fungsional korteks serebral meliputi area motorik primer, area sensorik primer, dan yang berdekatan dengan area primer dan berfungsi untuk integrasi dan interpretasi tingkat tinggi.
1.      Area motorik primer pada korteks
a.    Area Motorik Primer terdapat dalam glrus presentra. Di sini, neuron (piramidal) mengendalikan kontraksi vlunter otot rangka. Aksonnya menjalar dalam traktus piramidal.
b.   Area Pramotorik Korteks terletak tepat di sisi anterior girus presentral. Neuron (ekstrapiramidal) mengendalikan aktivitas motorik yang terlatih dan berulang, seperti mengetik
c.    Area Broca terletak di sisi anterior area premotorik pada tepi bawahnya. Area ini mungkin hanya terdapat pada satu hemisfer saja (biasanya sebelah kiri). Dan hubungannya dengan kemampuan wicara.


2.10.   Fungsi Motorik Medulla Spinalis
            Medula spinalis sebagai pusat saraf mengintegrasikan sinyal sensoris yang datang dan mengaktifkan respons motorik secara langsung tanpa campur tangan otak. Fungsi ini terlihat pada kerja reflek spinal untuk melindungi tubuh dari bahaya dan menjaga pemeliharaan tubuh.  Sebagai pusat perantara,antara susunan saraf tepi dan otak (susunan saraf pusat). Semua komando motorik volunter dari otak dikomunikasikan terlebih dahulu pada pusat motorik spinal akan memproses sinyal sebagaimana mestinya sebelum mengirimkannya ke otot. Demikian juga sinyal sensoris di medula spinalis. Pada medula spinalis sinyal sensoris sebagian besar diproses dan diintegrasikan. Oleh karena itu medula spinalis dikatakan sebagai tempat komunikasi dua arah antara otak dan medula spinalis.

2.11.   Serebelum dan Ganglia Basalis
1.    Serebelum ( Otak kecil )
            Serebelum ( otak kecil ) terletak dalam fossa kranial posterior , dibawah tentorium serebelum bagian posterior dari pons varolli dan medula oblongata. Serebelum mempunyai dua hemisfer yang dihubungkan oleh vermis . Serebelum dihubungkan dengan otak tengah oleh pedunkulus serebri superior , dengan pons varolli oleh pedunkulus serebri media dan dengan medulla oblongata oleh pedunkulus serebri inferior. Lapisan permukaan setiap hemisfer serebri disebut korteks yang disusun oleh subtansia grisea. Lapisan – lapisan korteks sereberi ini dipisahkan oleh fisura transverses yang tersusun rapat. Kelompok massa substansia grisea tertentu pada serebelum tentanam dalam substansia alba yang paling besar dikenal sebagai nucleus dentatus.
            Serebelum berfungsi dalam melakukan tonus otot dan mengkoordinasikan gerakan otot pada sisi tubuh yang sama. Serebelum juga berfungsi untuk mempertahankan postur. Berat serebelum ± 150 gram ( 8% -9% ) dari otak seluruhnya . sama seperti lobuli serebelum , vermis juga dibagi dalam beberapa bagian dari depan ke belakang yaitu :
1.      Lobulus quadrangularis anterior lingua
2.      Lobus sentralis kulmen
3.      Quadrangularis posterior deklive
4.      Lobules semilunaris inferior tuber.
            Potongan melintang serebelum dibagi atas 3 bagian :
a.      Arkhi Serebelum, lobus otak kecil merupakan bagian kolumna aferen somatic. Lobus ini menerima input langsung lewat serabut saraf vestibularis dan nucleus vestibularis medialis inferior, berperan sebagai tonus otot keseimbangan dan sikap tubuh.
b.      Paleoserebelum, bagian terbesar dari vermis superior hemisfer otak kecil di depan visura prima . bagian ini merupakan input dari susunan saraf vestibular ang ber[eran pada pengaturan tonus otot.
c.       Neoserebelum, bagian utama dari otak kecil , bagian vermisnya merupakan suatu bangunan neokorteks serebelum, nucleus pons, dan nucleus oliveri inferior principal pada medula oblongata . input diperoleh dari indra penglihatan , pendengaran , dan kulit . peranan secara mendasar adalah menjaga kehalusan kontraksi otot serta ketetapan kekuatan arah dan besarnya garapan gerakan volunter.
            Struktur internal . serebelum terdiri atas korteks substansia grisea dan korteks substansia alba , didalamnya terdapat kumpulan nuclei pada tiap tiap hemisfer nuklei:
a.    Nucleus dentatus : menerima serabut dari bagian neoserebelum lobus posterior dan lobus anterior , lalu mengirim serabut ke nucleus ruber ( red nucleus dan nucleus netro lateral talamus ).
b.   Nucleus interpolaris : terdiri atas nucleus globulus dan nukleus Emboliformis. Kedua nukleus ini menerima serabut dari paleo sebelum dan mengirim serabut ke nukleus ruber.
c.    Nukleus Fastigii ( fastioginal nukleus ) : menerima serabut dari lobus flokulonodulus ( lobus flocculonodularis ), lalu mengirim serabut ke nukleus vestibularis dan nukleus retikularis melalui fesikulus unsinatus ( fasciculus uncinatus )
Substansia alba serebelum Mengandung 3 kelompok serabut proyeksi yang berpasangan sebagai berikut.
1.    Pedunkulus Serebelaris Superior ( Brachium Conjunctivum )
·         Serabut dentatorubral dan dentatotalamikus membawa implus dari nukleus dentatus ke nukleus ruber kontra lateral dan ke talamus.
·         Traktus spinoserebelaris ventaris, masuk ke serebelum dari medula spinalis dan berakhir pada korteks paleo serebelum.
·         Fasikulus unisinatus (hook bundle of russell),melalui fasikulus ini serabut dari nukleus fastagii berakhir pada nukleus vestibularis.
2.    Pedunkulus Serebralis Medialis ( Brachium Pontis ), merupakan bagian terbesar, tempat berjalannya serabut dari nuklei di pons yang menuju ke neoserebelum kontralatera.
3.    Pedunkulus Sereberalis Medialis (Rrestiform Body )
·         Traktus olivo sereberalis, berasal dari nukleus oliverius inferior kontralateral menuju ke korteks hemisfer dan vermis serebelum.
·         Traktus spinoserebelaris dorsalis, mengandung serebut dari medula spinalis menuju ke korteks lobus anterior dan ke bagian piramidal dan paleoserebelum.
·         Serabut arkuatus eksterna dorsalis, berasal dari nuklei funikulus grasilis dan kuneatus.
            Serebelum memiliki suatu mekanisme umpan balik yang bertujuan untuk mengendalikan pergerakan-pergerakan saat pergerakan sedang berlangsung. Fungsi  utamanya adalah mengembalikan tonus otot di luar kesadaran merupakan suatu mekanisme saraf yang berpengaruh dalam pengaturan dan pengendalian terhadap perubahan ketegangan dalam otot, untuk mempertahankan keseimbangan dan sikap tubuh, terjadinya kontraksi dengan lancar dan teratur pada pergerakan di bawah pengendalian kemauan dan mempunyai aspek keterampilan.
             Setiap pergerakan memerlukan suatu koordinasi dalam kegiatan sejumlah otot. Otot antagonis harus mengalami relaksasi secara teratur, sedangkan otot sinergis berusaha memfiksasi sendi sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan oleh bermacam-macam pergerakan.
2.    Ganglia Basalis ( Basal ganglia )
            Basal Ganglia terdiri atas beberapa kumpulan subtansia grisea padat yang terbentuk dalam hubungan yang erat dengan dasar ventrikulus lateralis. Ganglia basalis merupakan nuklei subkortikalis yang berasal dari telensefalon. Pada otak manusia, ganglia basalis terdiri atas beberapa elemen saraf sebagai berikut.
1.    Nukleus Kaudatus dan Putamen, nukleus kaudatus sering disebut korpus striatum, sedangkan putamen dan globus palidus disebut nukleus lentikularis / lentiformalis.
§  Korpus Striatum : merupakan suatu kumpulan substansia grisea di sebelah anterior kaput nuklei kaudatus berhubungan dengan nukleus lentiformalis. Fungsi korpus striatum adalah pengendalian gerakan-gerakan tertentu dan tonus otot tidak bekerja sendiri tapi merupakan bagian penting dari sistem ekstrapiramidal tetapi tetap dibawah pengendalian korpus striatum.
§  Nukleus Lantiformalis : merupakan lapisan subtansia yang tipis di antara korteks dan permukaan lateral putamen.
2.    Globus Pallidus, terdiri atas dua bagian yaitu globus palidus medialis dan globus palidus lateralis. Globus palidus terletak di sebelah lateral kapsula interna dan dikenal sebagai paleostriatum.
3.    Korpus Amigdaloideum (corpus amygdaloideum), dikenal sebagai arkhistriatum (archistriatum), terletak di sebelah dalam lobus temporalis dan mempunyai hubungan olfaktorik dengan hipotamulus,dan fungsi-fungsi viseral.
§  Hubungan Aferen: langsung melalui serat traktus olfaktorius lateralis untuk mencapai bagian anterior, kelompok nuklei pars kortikomedialis, dan tidak langsung mencapai kelompok nuklei pars basolateralis.
§  Hubungan Eferen: stria terminalis berjalan melengkung sepanjang tepi medial nukleus kaudatus dan berakhir dalam nukleus hipotalamus ventromedialis dan fibrae amygdalo. Beberapa serat ini mencapai nukleus medialis dorsalis talami, girus paraterminalis, dan girus cinguli.
            Secara fungsional basal ganglia merupakan satu satuan fungsi dari:
a.    Nukleus kaudatus, putamen, dan globus pallidus
b.    Nuleus subtalmikus
c.    Subtansia nigra
d.   Nukleus ruber (red nucleus)
            Hubungan antara nukleus basal ganglia ini sangat kompleks, Nuklei basal ganglia mendapat implus dari daerah motorik dan premotorik. Fungsi yang tepat dari basal ganglia belum jelas. Perangsangan pada umumnya juga tidak memperlihatkan hasil yang jelas tetapi perangsangan pada nukleus kaudatus menghambat stretch reflex. Hambatan ini mungkin terjadi dengan cara pengaktifan area inhibisi pada korteks melalui jalur umpan balik talamo kortikal.           Basal ganglia aktif pada gerakan lambat dan mantap, sedangkan pada gerakan cepat dan tiba- tiba basal ganglia tidak aktif. Basal ganglia sudah mulai aktif sebelum gerakan dimulai karena berperan dalam penataan dan perencanaan gerakan yaitu dalam proses konversi pikiran menjadi gerakan voluter. Aktivitasnya disalurkan melalui talamus menuju korteks dan jarak kortikospinalis merupakan jalur akhir menuju ke neuron motorik.
            Kerusakan pada ganglia basalis pada manusia ke neuron motorik.
1.    Hiperkinetik: terjadinya gerakan- gerakan abnormal yang berlebihan.
2.    Hipokinetik : berkurangnya gerakan misalnya kekakuan.

2.12.    Korteks Serebri
            Korteks serebri adalah lapisan permukaan hemisfer yang disusun oleh subtansia grisea. Korteks serebri berlipat lipat , disebut girus , dan celah diantara dua lekuk disebut sulkus ( fisura ). Beberapa daerah tertentu dari korteks serebri telah diketahui memiliki fungsi spesifik. Pada tahun 1909 Brodmann (seorang neuropsikiater bangsa jerman) membagi korteksn  selebri menjadi 47 area bersarkan struktru selukar. Telah dilakukan banyak usaha untuk menjelaskan berbagagai makna fungsinonal tertentu dari area-area tersebut.
            Hemisfer otak dibagi dalam beberapa lobus atau daerah sesuai dengan tulang kranium.Lapisan korteks terdiri dari:
1.    Lamina Molekularis: Mengandung sedikit sel berjalan secara horizontal dengan permukaan korteks terdapat percabangan akhir dendrit dari lappisan yang lebih dalam.
2.    Lamina Granularis Externa: Lapisan mengandung sel neuoron berbentuk segi tiga memadati lapisan ini.
3.    Lamina Piramidalis: Lapisan ini mengandung sel berbentuk piramid. Diantara sel piramid terdapat sel-sel granural dengan akson yang berjalan naik ke arah lapisan superfisial.
4.    Lamina Granularis Interna: Terdiri dari sel neoron berbentuk bintang berukuran kecil dengan akson yang pendek mencapai lapisan superfisial.
5.    Lamina Ganglionaris: Sel neuron granular ,sel neuron yang naik mencapai lamina molekullaris akson dari sel ini memasuki subtansia alba.
6.    Lamina Multiformis: Sel-sel nya berbentuk kumparan dengan sumbu panjang tegak lurus terhadap permukaan korteks.Akson mencapai subtansia alba sebagai serat proyeksi aferent dan asosiasi.
            Permukaan hemisfer diliputi oleh cekungan-cekungan yang berupa sulkus,fisura,dan tonjolan yang disebut dengan gisrus. Oleh karena adanya sulkus dan fisura-fisura ini ,maka korteks cerebri dibagi menjadi beberapa lobus :
1.    Lobus Frontalis
a.    Area 4 (area motortik primer), sebagian besar girus presentalis dan bagian anterior lobus parasentralis
b.   Area 6 adalah bagian sirkuit traktus piramidalis (area premotorik) mengatur berakan motortik dan prematorik
c.    Area 8 mengatur gerakan mata dan perubahan pupil
d.   9.10,11,12 (area asosiasi frontalis)
                        Lobus frontalis terletak didepan serebrum,bagian belakang dibatasi oleh sulkus sentralisRolandi.Bagian lateral lobus frontalis terbagi dalam girus frontalis superior,girus frontalis media,dan girus frontalis inferior.Bagian basal lobus frontalis terdapat girus orbitalis sebelah lateral dan girus rektus sebelah medial.
2.    Lobus Parientalis
a.    Area 3,1,2 adalah area sensorik primer (area postsentral), meliput girus sentralis dan meluas kearah anterior sampai mencapai dasar sulkus sentralis.
b.    Area 5,7 (area asosiasi somatosensorik), meliputi sebagian permukaan medial hemisfer serebri .
               Permukaan bagian atas dan lateral terdiri dari girus pariental posterior,giruspariental superior girus supramarginalis ,girus angularis,dan bagian media lobus parasentralis.
3.    Lobus Oksipitalis
a.    Area 17 (korteks visual primer): Permukaan medial lobus oksipitalis sepanjang bibir superior dan inferior sulfus kalkanius.
b.    Area 18,19 (area asosiasi visual) : Sejajar dengan area 17 meluas sampai meliputi permukaan lateral lubus oksipitalis. Bagian lateral terdiri dari girus oksipitalis lateralis, bagian medial girus lingualis, bagian basal diantara kuneus dan girus lingalis terdapat fisura kalkarina.
4.    Lobus Temporalis
a.    Area 41 (korteks audiotori primer): Meliputi girus temporalis superior meluas sampai ke permukaan lateral girus temporalis
b.    Area 42 (area asosiasi auditorik): Korteks area sedikit meluas sampai ke pada permukaan girus termporalus superior
c.    Area 38, 40, 20, 21, 22 (area asosiasi): Permukaan lateral dibagi menjadi girus temporalis superior, girus temporalis media,dan girus temporalis  inferior. Pada bagian basal terdapat girus fusiformis.
5.    Area Broka (area bicara motoris): Terletak sulkus latelaris, mengatur gerakan berbicara
6.    Area Visualis:  Terdapat pada polus posterior dan aspek medial  hemisfer cerebri di daerah sulkus kalkaneus,merupakan daerah menerima visual.
7.    Insula Reili: Bagian  serebrum yang membentuk dasar fisura  silvi yang terdapat diantara lobus frontalis, lobus parientalis, dan lobus oksipitalis. Bagian otak ini ditutupi oleh girus temporalis dan girus frontalis inferior
8.    Girus Singuli: Bagian meidal hemisfer terletak diatas korpus kolosum
·      Fungsi  korteks serebri :
1.    Korteks motorik primer (area4, 6, 8)
a.       Mengontrol gerakan volunter otot dan tulang pada sisi tubuh kontralateral. Implusnya berjalan melalui akson-akson dalam traktus kortikobulber dan kortikospinal, menuju nuklei saraf-saraf serebrospinal. Proyeksi motorik dari berbagai bagian tubuh terutama daerah kaki terletak di ats,sedangkan daerah wajah bilateral terletak di bawah. Daerah lain unilateral berbagai bagian tubuh sesuai  dengan tingkat perbandingan ketermpilan dari bagian tubuh , keterampilan yang tinggi mempunyai gambaran yang luas
b.      Lesi area 4 akan mengakibatkan paralisis kontralateral dari kumpulan otot yang disarafi
c.       Area 6 dan 8 pada perangsang akan timbul gerakan mata dan kepala

2.    Korteks sensorik primer (area3, 4, 5)
a.       Penerima sensasi umum(area somestesia).
b.      Menerima serabut saraf : Radiasi talamikus yang membawa implus sensoris dari kulit, otot sendi, dan tendo di sisi kontralateral.Lesi daerah ini dapat menimbulkan gangguan sensasi pada sisi tubuh kontralateral.
c.       Terdapat homunkulus sensorik : Menggambarkan luas daerah proyeksi sensorik dari bagian-bagian tubuh di sisi tubuh kontralateral.Luasnya daerah sensorik suatu bagian tubuh, sebanding dengan jumlah reseptor di bagian tubuh tersebut.

3.    Korteks visual (penglihatan) area 17
a.       Terletak di lobus oksipitalis pada fisura kalkarina.
b.      Lesi iritatif menimbulkan halusinasi visual.
c.       Lesi destruktif menimbulkan gangguan lapangan pandang.
d.      Menerima impuls dari radio-optika.

4.    Korteks auditorik (pendengaran) primer area 41
a.       Terletak pada transvers temporal temporal girus di dasar visura latelaris selebri.
b.      Menerima impuls dari radiasiaudiotorik yang bersal dari korpus genikulatum medialis.
c.       Lesi area ini hanya menimbulkan ketulian ringan kecuali bila lesinya bilateral.
5.    Area penghidu ( area reseptif  olfakturis)
a.       Terletak di daerah yang berdekatan dengan girus parahipotalamus lobus temporalis.
b.      Kerusakan jalur olfaktoris menimbulkan anosmia (tidak mampu mneghidu).
c.       Lesi iritasi menimbulkan halusinasi olfaktoris. Pada keadaan ini penderita dapat menghidu bau yang aneh atau mengecap rasa yang aneh.
6.    Area asosiasi
a.       Korteks yang mempunyai hubungan dengan area sensorik maupun motorik,dihubungkan oleh serabut asosiasi.
b.      Pada manusia penting untuk aktivitas mental yang tinggi, seperti berbicara, menuliskan kata-kata, dsb.
c.       Pada manusia terdapat tiga daerah asosiasi yang penting, yaitu daerah frontal (di depan korteks motorik), daerah temporal (antara girus temporalis superior dan korteks limbuk) dan daerah parieto-oksipital (antara korteks somestik dan korteks visual).
d.      Kerusakan daerah asosiasi akan menimbulkan gangguan dengan gejala yang sesuai  dengan tempat kerusakan.Misalnya, pada area 5,7 akan menimbulkan asteriognosis (tidak mengenali bentuk benda yang diletakan ditangan dengan mata tertutup) karena rea ini merupakan pusat asosiasi sensasi (indera) kulit.

2.13.   Aktivitas Otak atau Kerja Otak
              Setiap belahan otak, baik otak kiri maupun otak kanan pada hakikatnya mempunyai mempunyai tanggung jawab dan fungsi masing-masing. Misalnya, Otak kiri berkaitan dengan akademik, seperti perbedaan, angka, urutan, tulisan, bahasa, hitungan dan logika, sedangkan Otak kanan berfungsi dalam hal persamaan, khayalan, kreativitas, bentuk atau ruang, emosi, musik dan warna. Namun, aktifitas kerja kedua otak tersebut tidak terpisah. Aktivitas kedua otak itu saling menyatu dan juga saling membangun.
              Sebagai contoh, ketika melihat beberapa pohon dengan dedaunannya yang berguguran, tanah yang kering, dan cuaca yang teramat panas. Kita akan memerikan, menganalisis, dan menggeneralisasikan semua hal tersebut dengan belahan otak kanan. Setelah hal tersebut dilakukan oleh otak kanan, maka belahan otak kirilah kemudian yang mengkomunikasikannya secara verbal. Misalnya, ketika kita berkata, “dedaunan itu banyak berguguran, tanah yang disekitarnya kering, dan ternyata sekarang adalah musim kemarau”. Belahan otak kirilah yang bertanggung jawab terhadap pengolahan bahasa dan mengutarakan konsep-konsep yang ada dalam persepsi seseorang. Namun, semua merupakan hasil dari penggeneralisasian yang dilakukan oleh belahan otak kanan. (Restak, 2004:97)               Dengan contoh di atas, dapat disimpulkan sebenarnya dalam setiap aktivitas otak yang dilakukan oleh manusia selalu melibatkan dua fungsi otak, yaitu belahan otak kiri dan belahan otak kanan. Otak kiri untuk melakukan pemikiran, persepsi, sedangkan otak kanan untuk memberikan gambaran secara visual. Jika seseorang hanya mengaktifkan salah satu belahan otaknya dalam beberapa aktivitas, terjadi ketidakseimbangan fungsi kerja otak pada manusia, maka orang tersebut akan mudah menghadapi kesulitan terutama kesehatan mental yang kurang baik. Seperti yang dikemukakan DePorter (2004: 38), “Sesungguhnya, jika Anda termasuk kategori otak kiri dan Anda tidak melakukan upaya tertentu memasukkan beberapa aktivitas otak kanan dalam hidup Anda, ketidakseimbangan yang dihasilkan dapat mengakibatkan Anda stressdan juga kesehatan mental dan fisik yang buruk.”
              Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pentingnya menyeimbangkan fungsi kedua belah otak dalam melakukan aktivitas yang memang membutuhkan kerja otak, sehingga tercapai tujuan yang optimal.

2.14.    Sistem Saraf Otonom
          Saraf Otonom adalah saraf yang mempersarafi alat- alat dalam tubuh seperti kelenjar, pembuluh darah, paru, lambung, usus, dan ginjal. Alat ini mendapat dua jenis persarafan otonom yang fungsinya saling bertentangan kalau yang satu merangsang yang lainya menghambat dan sebaliknya, kedua susunan sitem saraf ini disebut saraf simpatis dan parasimpatis .
            Fungsi saraf otonom mengatur motilitas dan sekresi pada kulit, pembuluh darah, dan organ viseral dengan cara merangsang pergerakan otot polos dan kelenjar eksokrin. Regulasi dibawa oleh serabut saraf simpatis dan parasimpatis.
1.    Saraf Simpatis
            Saraf simpatis adalah saraf yang berpangkal pada sumsum tulang belakang (medula spinalis) di daerah dada dan pinggang. Saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom yang cenderung bertindak berlawanan terhadap sistem saraf parasimpatik dan umumnya berfungsi untuk memacu dan mempercepat kerja organ-organ tubuh, seperti mempercepat detak jantung dan menyebabkan kontraksi pembuluh darah. Sistem ini mengatur fungsi kelenjar keringat dan merangsang sekresi glukosa dalam hati. Sistem saraf simpatik diaktifkan terutama dalam kondisi stres. Sistem saraf simpatik disebut juga sistem saraf torakolumbar, karena saraf preganglion keluar dari tulang belakang toraks ke-1 sampai dengan ke-12. Sistem saraf ini berupa 25 pasang ganglion atau simpul saraf yang terdapat di sumsum tulang belakang.
·         Fungsi dari sistem saraf simpatik adalah sebagai berikut.
1.    Mempercepat denyut jantung
2.    Mempersempit diameter pembuluh darah
3.    Memperlambat proses pencernaan
4.    Memperkecil bronkus
5.    Menurunkan tekanan darah
6.    Memperlambat gerak peristaltis
7.    Memperlebar pupil
8.    Menghambat sekresi empedu
9.    Menurunkan sekresi ludah
10.     Meningkatkan sekresi adrenalin.
2.    Saraf Parasimpatik
            Saraf parasimpatik adalah saraf yang berpangkal pada sumsum lanjutan (medula oblongata) dan dari sakrum yang merupakan saraf pre-ganglion dan post-ganglion.  Sistem saraf parasimpatik disebut juga dengan sistem saraf kraniosakral, karena saraf preganglion keluar dari daerah otak dan daerah sakral. Fungsi saraf parasimpatik umumnya memperlambat kerja organ-organ tubuh. Susunan saraf parasimpatik berupa jaring- jaring yang berhubung-hubungan dengan ganglion yang tersebar di seluruh tubuh. Urat sarafnya menuju ke organ tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf simpatik.
            Sistem saraf parasimpatik memiliki fungsi yang berkebalikan dengan fungsi sistem saraf simpatik. Misalnya pada sistem saraf simpatik berfungsi mempercepat denyut jantung, sedangkan pada sistem saraf parasimpatik akan memperlambat denyut jantung. Berikut adalah fungsi dari sistem saraf parasimpatik.
1.    Menghambat denyut jantung
2.    Memperlebar diameter pembuluh darah
3.    Mempercepat proses pencernaan
4.    Memperlebar bronkus
5.    Menaikkan tekanan darah
6.    Mempercepat gerak peristaltis
7.    Mempersempit pupil
8.    Mempercepat sekresi empedu
9.    Menaikkan sekresi ludah
10.  Meninurunkan sekresi adrenalin.
2.15.   Fisiologi  Aliran Darah Otak, Cairan  Serebrospinal, dan Metabolisme    pada otak
1.    Fisiologi  Aliran Darah Otak,
            Sistem saraf pusat (SSP) diisi oleh jaringan yang kaya pembuluh darah untuk memenuhi kebutuhan yang berubah-rubah dari metabolisme saraf lokal dan regional. Aliran darah otak (CBF) dapat dilihat dari 2 sudut pandang: ciri umum, dan gambaran unik dari SSP. 

·         Ciri Umum Aliran Darah
            Sifat alami darah adalah bahwa substansi tertentu (leukosit, eritrosit, dan trombosit) tersuspensi dalam  plasma. Komponen darah cenderung untuk berkumpul di bagian tengah aliran, dan akan bervariasi sesuai ukuran lumen, sehingga sifat darah di arteri yang lebih besar tidak dapat disamakan dengan pembulih darah yang lebih kecil. Lebih jauh lagi, pernyataan tentang tekanan darah, aliran darah, dan perfusi jaringan harus dipertimbangkan sesuai pulsasi aliran darah.
            Faktor-faktor lain juga mempengaruhi aliran darah, meliputi suhu lokal dan pH, tekanan oksigen dan karbondioksida, K+, H+, HCO3-  pada jaringan dan darah; hematokrit, cardiac output, tekanan darah, faktor neurogenik, tahanan vaskuler, dan lainnya termasuk mediator saraf dan kimiawi.
2.    Cairan Serebrospinal
            Cairan ini disalurkan oleh pleksus koroid ke dala ventrikel yang ada dalam otak kemudian masuk ke dalam kanalis sumsum tulang belakang, lalu ke ruang subarakhnoid melalui ventrikularis. Setelah melintasi seluruh ruangan otak dan sumsum tulang belakang, akan kembali ke sirkulasi melalui granulasi arakhnoid pada sinus sagitalis superior. Perjalanan cairan serebrospinalis , setelah meinggalkan ventrikel lateralis I dan II, cairan otak dan sumsum tulang belakang akan menuju ventrikel III melalui Foramen monro masuk ke ventrikel IV melalui akuaduktus Sylvius, kemudian cairan dialirkan ke bagian medial foramen megendie (  foramen of Magendie ) selanjutnya ke sisterna magna. Cairan tersebut akan membasahi bagian – bagian dari otak dan akan diabsorbsi oleh vili-vili yang terdapat pada arakhnoid. Jumlah cairan ini tidak tetap, berkisar 80-200 cc dan mempunyai sifat alkalis. Komposisi cairan serebrospinalis terdiri atas air, protein, glukosa, garam-garam, sedikit limfosit dan karbondioksida.
          Beberapa fungsi cairan serebrospinalis adalah sebagai berikut:
1.      Memberikan kelembaban otak dan medulla spinalis.
2.      Melindungi alat - alat dalam medulla spinalis dan otak dari tekanan.
3.      Melicinkan alat – alat dalam medulla spinalis dan otak.
3.    Metabolisme Otak
          Berat otak manusia normal berkisar antara 1200-1400 gram, merupakan 2% dari berat badan total manusia. Dalam keadaan istirahat otak memerlukan oksigen sebanyak 20% dari seluruh kebutuhan oksigen tubuh dan memerlukan 70% glukosa tubuh. Adanya kebutuhan oksigen yang tinggi tersebut disertai dengan aktifitas metabolik otak yang terjadi secara terusmenerus memerlukan aliran darah yang konstan ke dalam otak, sehingga otak memerlukan makanan yang cukup dan teratur. Dalam setiap menit otak memerlukan 800 cc oksigen dan 100 mg glukosa sebagai sumber energi. berkurang atau hilangnya suplai darah ke otak dalam beberapa menit akan menimbulkan adanya gangguan pada jaringan otak yang bervariasi dari ringan hingga yang berat berupa kematian sel otak.
          Secara normal otak memerlukan glukosa untuk menghasilkan energi melalui proses glikolisis dan siklus krebs serta membutuhkan +- 4 x 10 21 ATP per menit. Glukosa merupakan sumber utama yang dibutuhkan sel otak disamping oksigen. Kecepatan metabolisme glukosa di otak adalah 30 umol/100 g otak adalah 165 umol/100 g otak/menit atau 3.5 ml/100 g otak/menit. Metabolisme glukosa terjadi terutama di mitokondria yang akan menghasilkan senyawa fosfat berenergi tinggi seperti ATP 7. Maka jaringan otak sangat rentan terhadap gangguan suplai glukosa dan oksigen. Kebutuhan akan glukosa dan oksigen dihantarkan melalui aliran darah secara konstan.

            Neuron-neuron otak neuron - neuron otak mendapatkan seluruh sediaan energi dari metabolisme  oksidatif glukosa. Untuk melakukan fungsi - fungsinya otak memerlukan seperempat kebutuhan oksigen yang digunakan oleh tubuhb per menit. Neuron yang menggunakan energi yang besar ini dibangkitkan dalam mitokondria, untuk dua kelompok fungsi:
1.    Energi diperlukan untuk mempertahankan integritas sel  membran dan konsentrasi ion intra dan ekstra seluler, juga diperlukan untuk membuang produk toksis dari siklus biokimiawi molekuler.
2.    Untuk melakukan peran serebral dalam sintesis, penyimpanan, transport dan pelepasan neurotransmiter serta dalam mempertahankan respon elektrik.
            Metabolisme aerob glukosa sangat efektif untuk meghasilkan energi yang diperlukan. Satu molekul glukosa menghasilkan 38 molekul ATP, sedangkan metabolisme anaerob hanya menghasilkan 2 molekul ATP dengan adanya kerugian dihasilkannya ion laktat dengan konsekuensi adanya perubahan pH intrasel.
            Kebutuhan energi neuron bervariasi menurut aktivitasnya. Peningkatan penggunaan energi memerlukan pengiriman oksigen dan glukosa dari darah. Hal ini dapat tercapai dengan meningkatkan aliran darah ke daerah tersebut dengan meningkatkan aktivitas atau dengan meningkatkan ekstraksi oksigen dari darah. Kebutuhan otak secara umum adalah konstan, tetapi secara lokal bervariasi dan mampu beradaptasi terhadap pasokan darah. Hal ini mencegah perubahan - perubahan yang mungkin timbul dalam tekanan perfusi yang dipengaruhi oleh sistem sirkulasi sentral dengan autoregulasi. Hal ini dapat dicapai melalui kontraksi otot polos terhadap berbagai tingkat resistensi arteri dan arteriole sesuai dengan tekanan luminal. Hal ini diduga akibat respon langsung mekanisme distensi dari otot polos atau suatu reflek neurogenik sistem simpatis. Melalui autoregulasi yang memungkinkan neuron dapat mempertahankan aliran darah otak total diatas rentang yang luas  dari tekanan perfusi.
            Pada orang dewasa normal mempunyai aliran darah otak antara 50- 55 ml/ 100 gr otak / menit. Bila aliran darah otak turun hingga kurang dari 18 ml/ 100 gr/ menit merupakan ambang atas dari gagahnya pompa ion. Bila aliran darah serebral 8 ml/100 gr/menit merupakan ambang bawah gagahnya pompa ion. Penumbra iskemik adalah keadaan iskemik otak diantara kedua amabnag tersebut, dimana  neuron - neuron secara fungsional tidak melakukan aktifitas namun secara struktural masih intak dan bisa diselamatkan.


BAB III
PENUTUP

3.1.  Kesimpulan
                        Secara anatomis sistem saraf dibagi menjadi dua yaitu sistem saraf pusat yang terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang dan sistem saraf tepi yang terdiri dari saraf kranial dan saraf spinal, sementara secara fungsional sistem saraf dibagi menjadi dua juga yaitu saraf sensorik dan saraf motorik.  Saraf motorik dibagi lagi menjadi dua divisi yaitu divisi somatic dan dan divisi otonom , divisi otonom dibagi menjadi dua yaitu simpatis dan parasimpatis. Sel saraf atau disebut juga neuron adalah unik struktural dan fungsional dari sistem saraf, bagian dari jaringan neuron antara lain : badan sel, dendrit, akson, selubung meilin, badan nissl, neuofibril, nukleus , dan sel schwam. Adapun klsifikasifikasi neuron secara fungsional berdasarkan arah transmisi implusnya yaitu Neuron Sensorik, Neuron Motorik, Interneuron, dan secara struktural berdasarkan jumlah prosesusnya terdiri dari Neuron multipolar, Neuron Bipolar, dan Neuron Unipolar.
           
Sumsum tulang belakang (medulla spinalis) merupakan perpanjangan dari sistem saraf pusat. Sumsum tulang belakang memanjang dari pangkal leher, hingga ke selangkangan. Sumsum tulang belakang terdiri dari 31 pasang saraf spinalis yaitu :  7 Vetebra Servikalis, 12 Vetebra Torakalis, 5 vetebra Lumbalis, 5 vetebra Sakralis dan 4 vetebra Koksigeus.  fungsinya Menghubungkan sistem saraf tepi ke otak, Memungkinan jalan terpendek dari gerak refleks, dan Mengurusi persarafan tubuh.  Lokasi area sensorik dan hubungannya dengan korteks serebri terdiri dari Area Sensorik Primer, Area Visual Primer, Area Auditori Primer, Area Olfaktori Primer, Area Pengecap Primer (Gustatory).  Sedangkan lokasi area motorik dan hubungannya dengan korteks serebri terdiri dari Area Motorik Primer , Area Pramotorik Korteks , Area Broca . Reseptor Sensorik merupakan mekanisme dasar reseptor yang mengubah rangsangan sensorik menjadi isyarat saraf sebagaimana rangsangan sensorik dan kekuatan dideteksi oleh otak. Jenis Reseptor Sensorik terdiri dari mekanoreseptor, termoreseptor, nosiseptor, reseptor, elekromaknetik, kemoreseptor. Sensasi somatik kemampuan seseorang untuk mendiagonis berbagai penyakit bergantungan pada pengetahuan mengenai berbagai sifat berbagai sifat rasa nyeri, dan bagaimana nyeri dapat di alihkan dari suatu bagian tubuh yang lain. Mata adalah sistem optik yang memfokuskan berkas cahaya pada fotoreseptor , yang mengubah energi cahaya menjadi implus saraf.    Serebelum ( otak kecil ) terletak dalam fossa kranial posterior , dibawah tentorium serebelum bagian posterior dari pons varolli dan medula oblongata. Serebelum mempunyai dua hemisfer yang dihubungkan oleh vermis . Ganglia basalis merupakan nuklei subkortikalis yang berasal dari telensefalon. Adapun korteks serebri adalah lapisan permukaan hemisfer yang disusun oleh subtansia grisea. Korteks serebri berlipat lipat , disebut girus , dan celah diantara dua lekuk disebut sulkus ( fisura ).  Dalam setiap aktivitas otak yang dilakukan oleh manusia selalu melibatkan dua fungsi otak, yaitu belahan otak kiri dan belahan otak kanan. Otak kiri untuk melakukan pemikiran, persepsi, sedangkan otak kanan untuk memberikan gambaran secara visual.   Saraf Otonom adalah saraf yang mempersarafi alat- alat dalam tubuh seperti kelenjar, pembuluh darah, paru, lambung, usus, dan ginjal. sedangkan Saraf parasimpatik adalah saraf yang berpangkal pada sumsum lanjutan (medula oblongata) dan dari sakrum yang merupakan saraf pre-ganglion dan post-ganglion.

3.2.   Saran
            Untuk memahami sistem saraf selain membaca dan memahami materi - materi dari sumber keilmuan yang ada ( dibuku, internet, dan lain – lain) kita harus dapat mengaitkan materi – materi tersebut dengan kehidupan kita sehari – hari , agar lebih mudah untuk paham dan akan selalu diingat.




DAFTAR PUSTAKA

Syaifuddin. 2012. Anatomi dan Fisiologi:Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk Keperawatan dan Kebidanan,Ed.4.  Jakarta: EGC.
Syaifuddin. 2003. Anatomi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan.Ed 2. Jakarta: EGC.
Sloane Ethel. 2012. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula.Jakarta: EGC.

 

 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar